Hello, readers!

Foto Saya
Neda
Fatna Hendry Ayuneida. Thanks for visit, guyz
Lihat profil lengkapku

Minggu, 29 September 2013

Hai kamu, selamat datang di 15 tahun-ku.

0 komentar
Kamu, orang asing yang mulai masuk daftar orang penting dalam hariku.
Kamu, orang asing yang mulai aku perdulikan bagaimana keadaanmu.
Kamu, orang asing yang diam-diam aku perhatikan dari jauh, dari sudut dimana kamu tidak akan tahu.
Kamu, orang asing yang selalu aku sebut namamu untuk aku ceritakan pada Tuhan.
Kamu, orang asing yang mulai mengubah beberapa hari terakhirku. Kenapa bisa sebegitu berartinya kamu? Entahlah, sebenarnya aku juga tidak mau memberi ruang terlalu luas di hati aku untuk kamu. Tapi, hatiku sendiri yang memperluas areanya untuk kamu bermukim disana.
Aku hanya takut, dengan kejadian beberapa waktu lalu. Jauh sebelum aku mengenal kamu. Dimana aku harus bekerja keras untuk menutup ruang hati yang terlalu luas karena dia sudah tidak bermukim disana. Syukurlah, kerja keras yang tidak sia-sia. Sekarang, ruangan itu sudah tertutup rapat untuk siapapun, tepatnya sebelum kamu memaksa untuk memasukinya.
Apa sudah waktunya untuk aku mempercayakan kunci 'hati' ini untuk kamu?
Apa aku bisa mempercayakan kamu untuk menjaga ruang luas ini?
Apa kamu berjanji untuk tetap tinggal disana sampi kapanpun?
Tidak munafik, aku memang merasa sempurna bila bersama kamu. Aku nyaman, lebih dari sekedar nyaman bahkan. Dan kadang, rasa ingin-menjadi-milik-mu sering kali muncul. Tapi aku cukup tau diri untuk itu. Biasanya aku menggelengkan kepalaku berulang kali, berharap pikiran itu akan hilang satu per-satu. Memang berhasil untuk sesaat, tapi beberapa waktu kemudian usahaku menjadi nihil. Pikiran tentang rasa ingin-menjadi-milik-mu seakan semakin berlomba memenuhi pikiranku. Sudah terlalu sering, sudah terlalu capek aku menggelengkan kepala. Di akhir usaha yang tidak berhasil, aku menyerah untuk berusaha menghapus rasa ingin-menjadi-milik-mu di pikiranku. Aku jadikan itu sebagai permintaan pada Tuhan.
Kamu adalah yang pertama selama 15 tahun-ku. Tuhan sudah mempercayakan kamu untuk mengawali semuanya, apakah kamu akan menjaga kepercayaan Tuhan itu? Perhaps, semoga saja.
Regards, F-h-a.

Rabu, 10 Juli 2013

Satu yang kamu lupakan, Niki.

0 komentar
Hai, Niki. Kalau ingatanmu masih sudi mengingat satu kenangan tentangku, pasti kamu masih ingat kalau aku dulu sangat menunggu waktu malam. Karena aku bisa melihat kemegahan bintang dan bulan penuh. Dengan bintang, aku bisa menggabungkannya menjadi wajah siapapun. Dan dengan bulan, aku bisa menghubungkan rasa rinduku dengan siapapun. Coba kalau siang, aku tau matahari dan bulan lebih hebat matahari, tapi apa kita bisa melihat seperti apa indahnya bentuk matahari? Nggak bisa. Yang kita tau matahari selalu terlihat lingkaran dengan cahaya yang sangat terang di sekitarnya, matahari nggak pernah jelas bentuknya. Dan apa kamu tau, di sisi lain aku kadang membenci waktu malam. Kenapa? Karena waktu malam selalu sepi. Di waktu malam, aku akan memikirkan semua hal yang sangat tidak ingin aku pikirkan. Terlebih saat menjelang tidur, semua hal buruk itu seperti berlomba memenuhi otakku. Termasuk... Semua hal tentang kamu.
Aku masih sangat ingat saat kamu ber-andai. 'Kalo aja kamu satu kelas lebih tinggi dari sekarang. Pasti kamu nggak sekedar jadi adik aku. Lebih, lebih dari itu.' Dan sekarang aku bisa mewujudkan itu, Niki. Sekarang aku naik tepat satu kelas lebih tinggi dari seharusnya. Tepat seperti apa yang kamu mau. Dan sekarang, apa kamu bisa menepati janji itu? Apa kamu bisa menjawab semua harapan yang terlanjur kamu beri? Bahkan mungkin kamu sudah lupa kalau kita pernah kenal. Lebih dari kenal. Dua tahun lalu, tepat pukul 10 malam. Aku sangat ingat itu, ucapanmu.

Sabtu, 06 Juli 2013

Doaku kepada Tuhan, untukmu.

0 komentar

“Lihat deh foto kamu yang ini, mulut kamu belepotan krim stroberi gitu, sampe ga keliatan mana mulutnya.” Dan kemudian kita tertawa bersama, terbahak-bahak. Sampai masing-masing dari kita saling memegang perut . Mungkin kotak tertawa kita hampir rusak karena ledak tawa itu.

Dulu masih seperti itu. Di kota ini, kota kelahiran kita. Kota tempat kita bertemu dan berkenalan. Kota tempat kita membangun kenangan. Dan kota dimana rasa antara kita muncul secara lembut.  Sampai kamu benar-benar meninggalkan aku bersama bayanganmu dan kenangan kita. Jauh di kota orang yang belum pernah kamu hidupi sebelumnya. Hanya kamu, seorang diri.
 Kamu bukan milik siapa-siapa, terlebih aku. Terlalu egois apabila aku menganggap kamu hanya milikku. Aku tau kamu milik Tuhan. Aku tau yang bisa melindungi dimanapun kamu hanya Tuhan. Ke-khawatiranku pada keadaanmu di kota-mu yang sekarang tidak akan berpengaruh sama sekali dengan takdir Tuhan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu. Untuk melindungi kamu, untuk menjauhkan kamu dari sesuatu yang bisa membuat aku kehilanganmu. Jarak antara kita terlalu jauh. Jarak yang membuat kedua tanganku terlalu pendek untuk bisa merengkuhmu dari bahaya manapun. Benar, aku tidak bisa berbuat apapun untukmu. Aku titipkan semua pada Tuhan. Rasaku, rinduku dan doaku. Semua tersebut di akhir ibadahku. Selalu ada namamu disitu, nama yang selalu menjadi inspirasiku. Tuhan sahabat baikku, Dia mau membantuku untuk menjagamu. Dia tidak pernah tidur, akan selalu menjagamu. Selalu, bila aku merindukanmu, aku selalu berbicara pada Tuhan, di dalam doaku. Agar Dia bisa menyampaikan rinduku kepadamu.
Doaku, agar Tuhan selalu berada di sampingmu, menghangatkanmu waktu dingin dan menopangmu saat kamu jatuh. Aku sudah menitipkan seribu pesan untuk kamu disana. Aku berpesan kepada Tuhan, agar Dia selalu menjagamu. Dimanapun kamu.

Jumat, 05 Juli 2013

Dulu....sudah menjadi debu

0 komentar
Lagi, malam ini kembali membawa angin dari masa lalu. Masa yang sangat aku usahakan untuk dilupakan. Tapi, gagal. Ketika aku dan kamu pernah menjadi ki-ta. Ketika pernah ada rasa yang menggebu di antara ki-ta. Ketika waktu seakan milik ki-ta. Aku milikmu dan kamu milikku. Iya, dulu. Bahkan waktu sudah tidak lagi mencatatnya.

Entah kenapa, tiba-tiba dentang-an jam tepat pukul 11 malam ini mengarahkan aku tentang masa lalu ki-ta. Dulu, tepat pukul sekian adalah waktu yang paling aku tunggu pada hari itu. Entah itu hanya suatu kebetulan atau memang rencana Tuhan, dua kali aku merasakan itu. Untuk Aril dan Ray.......

Dear Aril.....
 Nyatanya aku tidak sehebat kamu yang dengan gampang menggabungkan kamu dengan orang lain menjadi ki-ta. Aku bodoh untuk terus mengingat kamu yang sudah bukan siapa-siapa-ku. Kamu kejam, Ril. Dunia ini luas, banyak wanita yang mengisi dunia ini. Tidak kurang kamu untuk mendapatkan satu dari semuanya. Tapi tolong jangan wanita itu. Wanita yang aku kenal. Teman. Sahabat. Dan...berhubungan darah. Iya, saudara. Aku lebih rela kamu dengan seribu wanita di hadapku daripada kamu dengan satu wanita tapi itu menusuk mataku.
Selama satu tahun aku tersiksa dengan ini, Ril. Karena aku selalu bisa menatapmu setiap waktu. Dan di waktu yang aku harap semua ini bisa berakhir, ternyata kamu menggagalkan ini semua. Kalau memang aku tidak bisa mempunyai 'rasa yang lebih' untuk kamu, kenapa Tuhan mempertemukan kita lagi? Bahkan kini setiap aku mau, aku bisa memuaskan mataku dengan memandangimu setiap saat. Tapi aku sungguh tidak mengharapkan itu, Ril. Doaku adalah agar aku berpisah dengan kamu, tapi Tuhan belum mengabulkan itu. Tidak cukup disitu, dan kini kenapa aku harus bersama wanita-mu juga? Kenapa harus saudara-ku? Banyak orang di dunia ini yang bisa menjadi teman se-angkatanku. Tapi kenapa harus dia? Seringkali aku harus tersiksa dengan pandangan pahit ini. Ketika kamu dan dia seperti aku dan kamu dulu. Sering, tanpa sadar aku selalu mengalihkan pandangan dan memegang dada. Seakan berusaha menutup lubang luka yang menganga disana. Memang, kadang aku merasa bodoh, sangat bodoh. Seharusnya aku bangga aku bisa bertemu saudara-ku dengan rentang waktu sering. Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan itu? Aku harap ini bukan yang dinamakan benci.

Dan dear Ray......
 Mungkin ini yang disebut kesempatan hanya datang sekali. Ketika ki-ta pernah menjajah waktu dengan cinta, tapi tanpa status yang jelas. Yang penting ki-ta tau ini cinta. Bagiku dulu, status tidak penting, dan aku yakin bagimu juga. Lebih baik ki-ta, 'ada cinta tanpa status' daripada mereka yang 'ber-status tapi tanpa cinta'. Tapi, perlahan waktu mulai menyadarkanmu. Dan perlahan, kegagalan itu kembali terulang. Kali ini aku tidak merasa bodoh, aku berusaha melakukan yang terbaik untuk 'dia yang sudah menemaniku selama 9 tahun'. Ketika waktu benar-benar mengikat aku dengan kamu, ketika kamu mulai memperdulikan status di antara ki-ta, kenapa justru sahabat-ku memutus ikatan itu? Dia datang, merusak semua yang sudah tercipta antara ki-ta. Sudah matang pikirku untuk benar-benar melepasmu untuk dia. Tanpa menghilangkan rasa-ku untuk kamu. Sedikitpun tidak. Aku tetap mencintaimu.
Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara kita, hanya aku, kamu dan Tuhan yang tau. Tapi entah apa yang memotivasi dia untuk melontarkan kata-kata menjijikkan itu kepadaku dengan di-tatap puluhan pasang mata. 9 tahun seakan hancur oleh hari itu. Aku benar-benar merasa hancur.
Dan kamu datang di waktu yang sangat tepat, Ray. Kamu berusaha mengumpulkan kepingan hati aku yang hancur oleh-nya. Kamu benar-benar memenangkan aku. Benar, rasa itu tidak semakin pudar, bahkan semakin tebal..........sampai sekarang. Sampai kamu meninggalkan kota ki-ta. Rasa ini tetap terjaga oleh waktu, untuk kamu, Ray. Aku akan selalu ingat jaket malam itu.

"Bagaimanapun, aku harus menyadari. Yang dulu, sudah menjadi debu...."

Jumat, 10 Mei 2013

Terimakasih, kalian. Baby, laff's❤

0 komentar
Sahabat itu.. Ga bisa diungkapin dengan kata-kata sih. Mereka bukan cuma temen, jauh di atas temen. Sodara.. Ya, bisa bisa.. Bisa juga sih dianggep sodara, biasanya rasa persodaraan itu muncul ketika persahabatan yang 'aku dan kamu' jalani sudah sangat lama dan sudah sangat akrab. Ya tapi harus inget juga sih, kalo sahabat itu tetep orang lain. Mereka tetep bukan dari anggota keluarga kita yang sebenernya.
Selama 14 tahun ini, aku punya banyak banget temen, dan beberapa diantaranya bisa disebut sahabat.

Mereka more more deh, pilihan banget, iyasih kadang nyebelin, eh tapi banyak baiknya kok hehehe.
Mereka mau dengerin cerita-cerita aku, mereka selalu ngebantu masalah-masalah aku, ya kalo mereka juga ga tau apa jalan keluar dari masalah aku, mereka pasti bantuin aku mikir apa yang terbaik. Kita saling share, dalam kondisi apapun. Banyak surprise yang kita buat satu sama lain. Dalam persahabatan kita, kita juga pernah tengkar. Malah, aku pernah bikin salah satu sahabat aku nangis. Layaknya sayur, sayur juga perlu bumbu-bumbu kaya gula dan garam. Gula itu kenangan manis yang banyak kita jalanin, dan garam ya seperti tangis itu tadi. Beneran aku bahagia sama-sama kaliaaaan, aku bangga punya kalian, aku harap kita tetep sama-sama kaya gini sampe kapanpun dan kalo kita udah punya kehidupan masing-masing besok, kita akan tetep sahabat. Ngga akan terpisahkan walopun dengan jarak atau jabatan pekerjaan. Oke, au sayang kalian dan akan selalu sayang kalian

Ini mereka, sahabat-sahabat aku yang aku temukan selama 14 tahun, kalian bisa follow dan add di:

1. Faria Qoriatul Mutmainah, 09 September 1997.
Facebook: Faria Qoriatul M.
Twitter: @fariaqm






2. Meisy Diah Fitriani, 27 Mei 1997
Facebook: Meisya Fitriani
Twitter: @Meisydf13





3. Annisa Salsabiila, 03 Agustus 1998
Facebook: Annisa Salsabiila
Twitter: @annisalsabiila







4. Dian Novitasari, 14 November 1997
Facebook: Diieant D'gaellz
Twitter: -








5. Isma Alifah, 26 Maret 1998
Facebook: Isma Alifah
Twitter: @Ismaalf









6. Kiki Sarah May Renza Suhartono Putri, 13 Mei 1998
Facebook: Kiki Sarah Suhartono
Twitter: @kikisarahmay








7. Nurdifa Aliefia Khasanah, 14 Januari 1998
Facebook: Difa Aliefia
Twitter: @leedifa








8. Yulisia Puspa Anggraini, 04 Juli 1997 
Facebook: Yulisia Puspa Anggraini
Twitter: @yulyulpus






Senin, 06 Mei 2013

Karena waktu sekarang adalah keyataan.

0 komentar

"Seinget aku, dulu berbeda dengan sekarang..."

Selamat malam. Kenyataannya, angin malam kali ini berhasil memaksa aku untuk bercerita tentang seseorang yang muncul di masa lalu dan yang menghilang begitu saja tanpa perpisahan. Aku harap, kapanpun dia tidak akan pernah membaca postingan ini.
Tempat kursus itu secara tidak sengaja mempertemukan aku dengan dia. Dengan dia yang masih belum bisa aku lupakan sampai sekarang. Dia, ponakan pemilik tempat kursus itu ternyata sudah sejak lama 'melihat' aku. Sama sekali aku belum mengenalnya saat itu. Entah dia mendapat informasi tentang aku darimana dan dari siapa, yang pasti setelah beberapa minggu sejak hari itu, dia mulai menghubungi aku. Setelah beberapa hari dia aktif menghubungi aku, dia menghilang. Aku sempat merasa lucu akan semua ini, apa maksudnya datang dan pergi dengan tiba-tiba? Aku merasa ini semua tidak penting, sandiwara yang dia mainkan sama sekali tidak membuat aku penasaran untuk mengetahui siapa dia lebih dalam lagi. Aku tidak peduli akan semua ini. Mungkin ke-tidak-peduli-an-ku ini membuat dia semacam 'tertarik' lagi kepadaku. Entah benar atau tidak dia tertarik lagi padaku, yang pasti, waktu itu dia kembali. Dia kembali menghubungiku, bertanya kabar dan sebagainya. Aku tidak tahu apa maksud semua ini, aku tidak tahu apa yang di rencanakan oleh pria itu, namun aku mencoba mengikuti arus.

Satu bulan semua berjalan, dan aku mulai menikmati hubungan tanpa status ini. Iya, walaupun sudah satu bulan berjalan, tetap sama sekali aku belum mengerti ada apa dengan ini, seorang pria yang tiba-tiba datang, tanpa aku tahu siapa dan darimana dia sebenarnya, dan dengan waktu yang singkat dia sudah sangat berhasil membuat aku merasa nyaman olehnya. Aku tidak tahu kecuali rasa nyaman yang sudah tertanam disini, di hati. Aku merasa, kali ini sepertinya dia tidak ber-sandiwara lagi. Terlalu dewasa bila aku menyebut dia serius kepadaku.
Semakin hari, hubungan kami semakin dekat. Layaknya sudah kenal selama bertahun-tahun yang sama sekali berbeda dengan kenyataan. Kata pria itu, dia menganggapku sebagai adik. Katanya, aku terlalu muda untuk dijadikan sebagai selain adik. Entah itu benar atau tidak dia menganggapku hanya sebagai adik perempuan, namun aku merasakan sesuatu yang lebih pada perhatian dan semua yang dilakukannya untuk aku. Dan aku berkata hal yang sama kepadanya, aku menganggap dia sebagai kakak. Memang dia lebih dewasa 2 tahun dari aku, lebih tepatnya lagi, aku sangat ingin mempunyai kakak laki-laki. Pria itu dapat melindungi aku, dari apapun yang membuat aku tidak nyaman. Pria itu memberi wadah untuk aku bercerita, mengeluh, bersandar, seakan dia memberi bahu ternyaman miliknya kepadaku. Aku sangat bahagia dengan semua ini. Dengan hubungan tak bernama ini. Dan tanpa aku sadari, rasa nyaman dan bahagia setiap bersama dia tumbuh menjadi rasa.. Cinta.

"Ga usah terjerat status, kalau kita nyaman menjalani hubungan ini, kita hanya perlu mengikuti arus dan menikmatinya."
"Kalau aja kamu setahun atau dua tahun lebih tua dari sekarang, pasti kamu ga cuma jadi adik aku."
"Aku bete sama temen kelas aku, katanya dia suka sama aku, dia berlebihan banget dan aku ga suka. Kamu mau ga jadi pacar boongan aku?"
"Kalau temen-temen kamu nanya, bilang mereka suruh tanya langsung ke aku, aku akan jelasin semua ke mereka. Kamu ga usah khawatir."
"Jangan sama dia, dia belum cukup baik untuk kamu."
"Kamu lagi di kursusan dipo ya? Kirain di lagi di kursusan sini, yaudah aku kesana ya. Ga ada yang bisa diliatin disini. Tunggu ya."
"Kamu ga ikut karwis ya? Yah aku juga ga ikut aja deh. Ga seru, percuma."
"Iya, aku udah upload foto kamu yang waktu itu aku ambil. Aku ambilnya diem-diem, aku ga mau ganggu tujuan awal kamu buat kursus disini, maaf ya."

Setidaknya aku masih ingat beberapa kalimat yang pernah dia ucapkan kepadaku. Aku dan pria itu tidak mempunyai hubungan apapun saat dia mengatakan kalimat-kalimat itu.
Dan.. Inilah kenyataan. Inilah yang sebenarnya harus aku jalani. Bila dulu dia datang dengan tiba-tiba dan tanpa tujuan jelas, kini dia pergi juga dengan tiba-tiba, tanpa perpisahan dan tanpa alasan yang jelas.
Saat aku mulai menanam benih di taman milikku, dia menebar hama disitu. Saat aku mulai tumbuh rasa cinta untuk pria itu, dia meninggalkan aku. Aku tidak tahu apa salahku hingga dia tiba-tiba tidak memberi kabar kepadaku lagi. Harapan yang dia berikan kepadaku, seakan dia tarik ulur kembali.
Dari kabar yang aku dengar, kini dia sudah mempunyai seorang lain. Aku tidak mau memikirkan itu. Aku lelah akan pikirku sendiri. Selamat untuk kamu. Doaku yang terbaik untuk kamu dan siapapun yang menemani kamu. Doakan aku juga agar aku bisa melupakan kamu. Selamanya.

Rabu, 27 Maret 2013

Ternyata tidak semua rumah adalah surga..

0 komentar

Hai guys..
Gimana rasanya kita sebagai anak, kalo orang tua kita lagi berantem? Hm.. Sedih, takut, rasanya pengin keluar dari rumah gitu ya pasti.. Itu yang lagi dirasain sahabat terdekat gue. Kalo lo punya sahabat kaya gue, yang udah kaya sodara lo sendiri, lo pasti ngerasain apa yang dia rasain. Dia senang, tanpa disadari pasti ada senyum mengembang di bibir lo. Dan kalo dia lagi sedih atau kecewa, tanpa disadari juga, pasti lo ikutan sedih. Pasti lo ikutan bingung cari jalan keluar, dan bisa aja lo ikutan nangis. Disitu lah saat terpenting kita, disitu lah kehadiran kita jadi berarti, dan disitu lah kehadiran kita jadi sesuatu yang sangat berharga, yang sangat di nantikan. Ada saatnya kita membutuhkan bahu, tapi ada juga saatnya kita di jadikan bahu, ya salah satunya sama sahabat kita gini.
Dan sekarang, konflik yang ada disini adalah orang tua dari sahabat gue yang bisa kita panggil dengan sebutan Claw [samaran] ini lagi tengkar hebat di rumahnya. Mereka ga cuma bertengkar sekali-dua kali, tapi udah berkali-kali-kali-kali. Dan ironisnya, mereka ngelakuin ini di depan Claw langsung. Claw pernah cerita, kalo orang tuanya pernah tengkar sampe saling banting benda kaca. Bundanya Claw pernah sampe jarinya berdarah pas lagi berantem sama papanya. Sering juga, kalo abis berantem kaya gitu, papanya Claw langsung ambil kendaraan apa aja, dan pergi dari rumah. Karena emosi bunda Claw masih di titik maksimal, alhasil disitu malah Claw yang kena tumpahan emosi bundanya. Dari cerita Claw, waktu itu dia pernah, sekali, teriak kenceng banget di tengah-tengah orang tuanya lagi berantem. Sambil nangis, dia teriak kenceng banget disitu. Gue masih inget banget, di cerita Claw dia pernah sampe bilang gini ‘Bunda, papa! Udah! Berhentiiii! Kalian ga malu, ini aku lagi nonton pertunjukan hebat kalian! Bunda sama papa ga kasihan aku harus nonton pertunjukan berdarah ini? Ini yang namanya orang tua? Orang tua macem apa?’. Buat Claw, suara menggelegar yang membabi buta penuh amarah adalah hal yang sudah sangat biasa, layaknya kita makan nasi. Justru ketika Claw, orang tuanya, dan adenya keluar bareng untuk sekedar cari angin adalah hal yang jarang dan berarti banget buat Claw. Ada satu kalimat yang keluar dari mulut bundanya, yang sangat bikin Claw kecewa, kata bundanya ‘kalo bukan karena anak, bunda ga tau ini semua bakal berkahir kaya gimana’. Jelas Claw paham arti perkataan bundanya. Cerai. Claw ga mau sampe orang tua mereka cerai, Claw ga mau mereka pisah, Claw ga kebayang nanti kalo dia ngeliat bunda atau papanya sama anak mereka yang baru. Claw ga mau mereka pecah, Claw ga mau kaya temen-temennya yang orang tuanya udah pada cerai, dan hampir semua cerita dari mereka itu mengenaskan, Claw sama sekali ga mau kaya gitu. Katanya kalo sampe suatu saat keluarga mereka bener-bener udah di ujung tanduk, dan semua mimpi buruk itu terwujud, Claw  ga mau ikut salah satu dari mereka. Dia ga mau mihak bunda atau papanya karena emang dua-duanya salah. Katanya juga, mending dia ngekost dan jadi penyiar radio buat ngehidupin sekolahnya. Sengenes-ngenes hidupnya Claw, lebih ngenes lagi kalo dia harus hidup sama salah satu dari orang tuanya dan hidup bareng pasangan serta anak-anak mereka yang baru.
Kasihan. Udah, itu doang yang bisa gue sampein. Jujur, rasanya kaya di tampar dengerin cerita Claw tentang keluarganya. Gue adalah temen sekelas Claw. Gue udah kenal dia selama tiga tahun, semua sifat dia, dari yang ngeselin sampe yang ngangenin udah gue jelajahin. Claw anak yang manis, ramah dan baik, humoris pula. Claw anaknya periang banget, cerewet, suka mondar-mandir sana sini dan suka banget nge-usilin temen sekelas yang pada diem. Makanya, sekalinya dia ada masalah rumah pasti kebawa sampe sekolah, Claw jadi berubah 180o, dia jadi pendiem banget, dan anak kelas langsung nanyain ‘tumben diem’. Di kelas, dia selalu banyak ketawa dan buat orang lain ketawa. Dia pernah cerita, kalo salah satu cita-citanya adalah buat semua orang yang dia kenal, bisa ketawa karena dia. ‘biar aku bisa jadi kenang-kenangan buat mereka. Biar mereka tau kalo hidup aku itu cheerfull, dan aku bisa ngebuat hidup mereka seperti hidup aku dan jauh dari kesedihan. Dan biar kalo aku udah ga ada suatu saat nanti, mereka tetep inget sama aku, kalo aku pernah menjadi salah satu orang yang bisa bikin senyum simpul di bibir mereka.’ persis seperti itu katanya. Ohya, Claw juga banyak fans loh, dari 14 cowo di kelas aja, ada sekitar 6 anak yang pernah suka sama dia. Claw adalah cewe yang kuat banget dan ga gampang nangis. Dia ga pernah nangis soal cowo, itu sama sekali ga masuk agenda tangisan dia. Buat Claw, air mata itu penting dan berharga. Kita sebagai cewe, air mata adalah senjata terbesar kita, ada saatnya kita ngeluarin air mata dan itu hanya untuk hal-hal yang pantas untuk di tangisi, maksudnya bukan cowo.
Asli, baru kali ini nurani gue kesentuh banget. Deg! Ga kebayang kalo gue yang ada di posisi Claw. Gue kasihan sama dia. Di balik semua sifat dia di sekolah, ternyata dia simpen pecahan-pecahan beling yang nge-gores hatinya, dan mungkin sekarang hatinya udah titanus. Dia pinter banget akting, dia sukses tersenyum di balik tangisan.
Pas dia cerita soal masalah-masalah rumahnya ke gue, gue tau ada titik putus asa di sudut matanya. Ada kepasrahan terbesar disitu. Dia sebenernya sama sekali ga mau nyeritain aib keluarganya ke siapapun, tapi mungkin memori otak dia udah penuh dan akhirnya dia numpahin semua ke gue. Ya, cuma ke gue. Dan dia bilang untuk ga bocorin ini ke siapapun, dan gue sama sekali ga pengin buat Claw kecewa. Pembawaan Claw yang selalu cheerfull, langsung luluh pas dia nyeritain semua ke gue. Sesekali air matanya jatoh, dia langsung cepet-cepet ngusap pake tissue atau pake jari-jarinya. Dia ga pernah mau ada selain gue yang ngeliat dia nangis. Sering kalo dia lagi putus asa, dia bilang ‘temenin gue ke gunung yuk, pasti enak di tempat tinggi dan sepi gitu. Kata orang, kalo nangis itu biar puas harus pake teriak sekenceng-kencengnya. Dan sekarang gue pengin teriak’. Dia sering banget bahkan hampir tiap hari, kalo jam pulang sekolah dia pulang ke rumah gue dulu dengan alesan yang hampir selalu ga berubah, ‘gue lagi males nonton perang’. Kalo dia lagi bercandaan dan kotak tertawa Claw ngeluarin suara khas itu, gue sering ngamatin dia, dan akhirnya gue dapet kesimpulan kalo dia lebih sering cari kebahagiaan di luar rumah. ‘semua temen-temen gue adalah surga gue. Kebahagiaan gue ada di mereka’ ya.. seperti itu. Dia pengin ngebuat selayaknya ‘rumahku adalah surgaku’ tapi hampir setiap usaha dia gagal. Dari kehidupan dia yang kaya gini, cita-cita dia jadi psikolog muncul. ‘ya biar gue bisa bantu masalah-masalah anak yang lagi kaya gue. Biar ntar gue jelasin ke para orang tua apa yang dirasain anak-anak mereka. Gue pasti bakal jelasin dan nyadarin mereka. Gue bakal buat mereka juga ngerasain apa yang anak-anak mereka rasain akibat ulah mereka’  kata Claw penuh ambisi.
Dari cerita Claw gue banyak belajar buat kehidupan gue yang lebih baik. Disini yang namanya kerasnya hidup. Kalo gue sering ngeluh, yang selalu gue inget adalah pengalaman hidup dari Claw, ternyata kehidupan gue masih termasuk lunak di bandingin kerasnya hidup Claw. Doa gue ke Tuhan, tolong selalu jaga keluarga saya, jangan buat kita saling menjauh, jangan buat kita pecah, lindungi keluarga saya dari apapun yang bisa membuat kita pecah. Dan buat Claw, tetep tegar! Tetep kuat Claw! Lo bisa ngelewatin ini, lo bisa menjadi jauh lebih dewasa dari umur lo dalam hal ini. Selalu berdoa dan serahin semua ke Tuhan, Tuhan yang bakal ngelindungin lo, Tuhan bakal selalu peluk lo, Tuhan tau yang terbaik buat lo. Tetep jadi Claw yang kuat, tetep jadi Claw yang selama ini gue kenal, jangan pernah nyerah, Tuhan tau semua usaha lo, semua bakal indah pada waktunya, Claw

Minggu, 29 September 2013

Hai kamu, selamat datang di 15 tahun-ku.

Diposting oleh Neda di 08.28 0 komentar
Kamu, orang asing yang mulai masuk daftar orang penting dalam hariku.
Kamu, orang asing yang mulai aku perdulikan bagaimana keadaanmu.
Kamu, orang asing yang diam-diam aku perhatikan dari jauh, dari sudut dimana kamu tidak akan tahu.
Kamu, orang asing yang selalu aku sebut namamu untuk aku ceritakan pada Tuhan.
Kamu, orang asing yang mulai mengubah beberapa hari terakhirku. Kenapa bisa sebegitu berartinya kamu? Entahlah, sebenarnya aku juga tidak mau memberi ruang terlalu luas di hati aku untuk kamu. Tapi, hatiku sendiri yang memperluas areanya untuk kamu bermukim disana.
Aku hanya takut, dengan kejadian beberapa waktu lalu. Jauh sebelum aku mengenal kamu. Dimana aku harus bekerja keras untuk menutup ruang hati yang terlalu luas karena dia sudah tidak bermukim disana. Syukurlah, kerja keras yang tidak sia-sia. Sekarang, ruangan itu sudah tertutup rapat untuk siapapun, tepatnya sebelum kamu memaksa untuk memasukinya.
Apa sudah waktunya untuk aku mempercayakan kunci 'hati' ini untuk kamu?
Apa aku bisa mempercayakan kamu untuk menjaga ruang luas ini?
Apa kamu berjanji untuk tetap tinggal disana sampi kapanpun?
Tidak munafik, aku memang merasa sempurna bila bersama kamu. Aku nyaman, lebih dari sekedar nyaman bahkan. Dan kadang, rasa ingin-menjadi-milik-mu sering kali muncul. Tapi aku cukup tau diri untuk itu. Biasanya aku menggelengkan kepalaku berulang kali, berharap pikiran itu akan hilang satu per-satu. Memang berhasil untuk sesaat, tapi beberapa waktu kemudian usahaku menjadi nihil. Pikiran tentang rasa ingin-menjadi-milik-mu seakan semakin berlomba memenuhi pikiranku. Sudah terlalu sering, sudah terlalu capek aku menggelengkan kepala. Di akhir usaha yang tidak berhasil, aku menyerah untuk berusaha menghapus rasa ingin-menjadi-milik-mu di pikiranku. Aku jadikan itu sebagai permintaan pada Tuhan.
Kamu adalah yang pertama selama 15 tahun-ku. Tuhan sudah mempercayakan kamu untuk mengawali semuanya, apakah kamu akan menjaga kepercayaan Tuhan itu? Perhaps, semoga saja.
Regards, F-h-a.

Rabu, 10 Juli 2013

Satu yang kamu lupakan, Niki.

Diposting oleh Neda di 07.40 0 komentar
Hai, Niki. Kalau ingatanmu masih sudi mengingat satu kenangan tentangku, pasti kamu masih ingat kalau aku dulu sangat menunggu waktu malam. Karena aku bisa melihat kemegahan bintang dan bulan penuh. Dengan bintang, aku bisa menggabungkannya menjadi wajah siapapun. Dan dengan bulan, aku bisa menghubungkan rasa rinduku dengan siapapun. Coba kalau siang, aku tau matahari dan bulan lebih hebat matahari, tapi apa kita bisa melihat seperti apa indahnya bentuk matahari? Nggak bisa. Yang kita tau matahari selalu terlihat lingkaran dengan cahaya yang sangat terang di sekitarnya, matahari nggak pernah jelas bentuknya. Dan apa kamu tau, di sisi lain aku kadang membenci waktu malam. Kenapa? Karena waktu malam selalu sepi. Di waktu malam, aku akan memikirkan semua hal yang sangat tidak ingin aku pikirkan. Terlebih saat menjelang tidur, semua hal buruk itu seperti berlomba memenuhi otakku. Termasuk... Semua hal tentang kamu.
Aku masih sangat ingat saat kamu ber-andai. 'Kalo aja kamu satu kelas lebih tinggi dari sekarang. Pasti kamu nggak sekedar jadi adik aku. Lebih, lebih dari itu.' Dan sekarang aku bisa mewujudkan itu, Niki. Sekarang aku naik tepat satu kelas lebih tinggi dari seharusnya. Tepat seperti apa yang kamu mau. Dan sekarang, apa kamu bisa menepati janji itu? Apa kamu bisa menjawab semua harapan yang terlanjur kamu beri? Bahkan mungkin kamu sudah lupa kalau kita pernah kenal. Lebih dari kenal. Dua tahun lalu, tepat pukul 10 malam. Aku sangat ingat itu, ucapanmu.

Sabtu, 06 Juli 2013

Doaku kepada Tuhan, untukmu.

Diposting oleh Neda di 09.37 0 komentar

“Lihat deh foto kamu yang ini, mulut kamu belepotan krim stroberi gitu, sampe ga keliatan mana mulutnya.” Dan kemudian kita tertawa bersama, terbahak-bahak. Sampai masing-masing dari kita saling memegang perut . Mungkin kotak tertawa kita hampir rusak karena ledak tawa itu.

Dulu masih seperti itu. Di kota ini, kota kelahiran kita. Kota tempat kita bertemu dan berkenalan. Kota tempat kita membangun kenangan. Dan kota dimana rasa antara kita muncul secara lembut.  Sampai kamu benar-benar meninggalkan aku bersama bayanganmu dan kenangan kita. Jauh di kota orang yang belum pernah kamu hidupi sebelumnya. Hanya kamu, seorang diri.
 Kamu bukan milik siapa-siapa, terlebih aku. Terlalu egois apabila aku menganggap kamu hanya milikku. Aku tau kamu milik Tuhan. Aku tau yang bisa melindungi dimanapun kamu hanya Tuhan. Ke-khawatiranku pada keadaanmu di kota-mu yang sekarang tidak akan berpengaruh sama sekali dengan takdir Tuhan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu. Untuk melindungi kamu, untuk menjauhkan kamu dari sesuatu yang bisa membuat aku kehilanganmu. Jarak antara kita terlalu jauh. Jarak yang membuat kedua tanganku terlalu pendek untuk bisa merengkuhmu dari bahaya manapun. Benar, aku tidak bisa berbuat apapun untukmu. Aku titipkan semua pada Tuhan. Rasaku, rinduku dan doaku. Semua tersebut di akhir ibadahku. Selalu ada namamu disitu, nama yang selalu menjadi inspirasiku. Tuhan sahabat baikku, Dia mau membantuku untuk menjagamu. Dia tidak pernah tidur, akan selalu menjagamu. Selalu, bila aku merindukanmu, aku selalu berbicara pada Tuhan, di dalam doaku. Agar Dia bisa menyampaikan rinduku kepadamu.
Doaku, agar Tuhan selalu berada di sampingmu, menghangatkanmu waktu dingin dan menopangmu saat kamu jatuh. Aku sudah menitipkan seribu pesan untuk kamu disana. Aku berpesan kepada Tuhan, agar Dia selalu menjagamu. Dimanapun kamu.

Jumat, 05 Juli 2013

Dulu....sudah menjadi debu

Diposting oleh Neda di 11.11 0 komentar
Lagi, malam ini kembali membawa angin dari masa lalu. Masa yang sangat aku usahakan untuk dilupakan. Tapi, gagal. Ketika aku dan kamu pernah menjadi ki-ta. Ketika pernah ada rasa yang menggebu di antara ki-ta. Ketika waktu seakan milik ki-ta. Aku milikmu dan kamu milikku. Iya, dulu. Bahkan waktu sudah tidak lagi mencatatnya.

Entah kenapa, tiba-tiba dentang-an jam tepat pukul 11 malam ini mengarahkan aku tentang masa lalu ki-ta. Dulu, tepat pukul sekian adalah waktu yang paling aku tunggu pada hari itu. Entah itu hanya suatu kebetulan atau memang rencana Tuhan, dua kali aku merasakan itu. Untuk Aril dan Ray.......

Dear Aril.....
 Nyatanya aku tidak sehebat kamu yang dengan gampang menggabungkan kamu dengan orang lain menjadi ki-ta. Aku bodoh untuk terus mengingat kamu yang sudah bukan siapa-siapa-ku. Kamu kejam, Ril. Dunia ini luas, banyak wanita yang mengisi dunia ini. Tidak kurang kamu untuk mendapatkan satu dari semuanya. Tapi tolong jangan wanita itu. Wanita yang aku kenal. Teman. Sahabat. Dan...berhubungan darah. Iya, saudara. Aku lebih rela kamu dengan seribu wanita di hadapku daripada kamu dengan satu wanita tapi itu menusuk mataku.
Selama satu tahun aku tersiksa dengan ini, Ril. Karena aku selalu bisa menatapmu setiap waktu. Dan di waktu yang aku harap semua ini bisa berakhir, ternyata kamu menggagalkan ini semua. Kalau memang aku tidak bisa mempunyai 'rasa yang lebih' untuk kamu, kenapa Tuhan mempertemukan kita lagi? Bahkan kini setiap aku mau, aku bisa memuaskan mataku dengan memandangimu setiap saat. Tapi aku sungguh tidak mengharapkan itu, Ril. Doaku adalah agar aku berpisah dengan kamu, tapi Tuhan belum mengabulkan itu. Tidak cukup disitu, dan kini kenapa aku harus bersama wanita-mu juga? Kenapa harus saudara-ku? Banyak orang di dunia ini yang bisa menjadi teman se-angkatanku. Tapi kenapa harus dia? Seringkali aku harus tersiksa dengan pandangan pahit ini. Ketika kamu dan dia seperti aku dan kamu dulu. Sering, tanpa sadar aku selalu mengalihkan pandangan dan memegang dada. Seakan berusaha menutup lubang luka yang menganga disana. Memang, kadang aku merasa bodoh, sangat bodoh. Seharusnya aku bangga aku bisa bertemu saudara-ku dengan rentang waktu sering. Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan itu? Aku harap ini bukan yang dinamakan benci.

Dan dear Ray......
 Mungkin ini yang disebut kesempatan hanya datang sekali. Ketika ki-ta pernah menjajah waktu dengan cinta, tapi tanpa status yang jelas. Yang penting ki-ta tau ini cinta. Bagiku dulu, status tidak penting, dan aku yakin bagimu juga. Lebih baik ki-ta, 'ada cinta tanpa status' daripada mereka yang 'ber-status tapi tanpa cinta'. Tapi, perlahan waktu mulai menyadarkanmu. Dan perlahan, kegagalan itu kembali terulang. Kali ini aku tidak merasa bodoh, aku berusaha melakukan yang terbaik untuk 'dia yang sudah menemaniku selama 9 tahun'. Ketika waktu benar-benar mengikat aku dengan kamu, ketika kamu mulai memperdulikan status di antara ki-ta, kenapa justru sahabat-ku memutus ikatan itu? Dia datang, merusak semua yang sudah tercipta antara ki-ta. Sudah matang pikirku untuk benar-benar melepasmu untuk dia. Tanpa menghilangkan rasa-ku untuk kamu. Sedikitpun tidak. Aku tetap mencintaimu.
Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara kita, hanya aku, kamu dan Tuhan yang tau. Tapi entah apa yang memotivasi dia untuk melontarkan kata-kata menjijikkan itu kepadaku dengan di-tatap puluhan pasang mata. 9 tahun seakan hancur oleh hari itu. Aku benar-benar merasa hancur.
Dan kamu datang di waktu yang sangat tepat, Ray. Kamu berusaha mengumpulkan kepingan hati aku yang hancur oleh-nya. Kamu benar-benar memenangkan aku. Benar, rasa itu tidak semakin pudar, bahkan semakin tebal..........sampai sekarang. Sampai kamu meninggalkan kota ki-ta. Rasa ini tetap terjaga oleh waktu, untuk kamu, Ray. Aku akan selalu ingat jaket malam itu.

"Bagaimanapun, aku harus menyadari. Yang dulu, sudah menjadi debu...."

Jumat, 10 Mei 2013

Terimakasih, kalian. Baby, laff's❤

Diposting oleh Neda di 18.46 0 komentar
Sahabat itu.. Ga bisa diungkapin dengan kata-kata sih. Mereka bukan cuma temen, jauh di atas temen. Sodara.. Ya, bisa bisa.. Bisa juga sih dianggep sodara, biasanya rasa persodaraan itu muncul ketika persahabatan yang 'aku dan kamu' jalani sudah sangat lama dan sudah sangat akrab. Ya tapi harus inget juga sih, kalo sahabat itu tetep orang lain. Mereka tetep bukan dari anggota keluarga kita yang sebenernya.
Selama 14 tahun ini, aku punya banyak banget temen, dan beberapa diantaranya bisa disebut sahabat.

Mereka more more deh, pilihan banget, iyasih kadang nyebelin, eh tapi banyak baiknya kok hehehe.
Mereka mau dengerin cerita-cerita aku, mereka selalu ngebantu masalah-masalah aku, ya kalo mereka juga ga tau apa jalan keluar dari masalah aku, mereka pasti bantuin aku mikir apa yang terbaik. Kita saling share, dalam kondisi apapun. Banyak surprise yang kita buat satu sama lain. Dalam persahabatan kita, kita juga pernah tengkar. Malah, aku pernah bikin salah satu sahabat aku nangis. Layaknya sayur, sayur juga perlu bumbu-bumbu kaya gula dan garam. Gula itu kenangan manis yang banyak kita jalanin, dan garam ya seperti tangis itu tadi. Beneran aku bahagia sama-sama kaliaaaan, aku bangga punya kalian, aku harap kita tetep sama-sama kaya gini sampe kapanpun dan kalo kita udah punya kehidupan masing-masing besok, kita akan tetep sahabat. Ngga akan terpisahkan walopun dengan jarak atau jabatan pekerjaan. Oke, au sayang kalian dan akan selalu sayang kalian

Ini mereka, sahabat-sahabat aku yang aku temukan selama 14 tahun, kalian bisa follow dan add di:

1. Faria Qoriatul Mutmainah, 09 September 1997.
Facebook: Faria Qoriatul M.
Twitter: @fariaqm






2. Meisy Diah Fitriani, 27 Mei 1997
Facebook: Meisya Fitriani
Twitter: @Meisydf13





3. Annisa Salsabiila, 03 Agustus 1998
Facebook: Annisa Salsabiila
Twitter: @annisalsabiila







4. Dian Novitasari, 14 November 1997
Facebook: Diieant D'gaellz
Twitter: -








5. Isma Alifah, 26 Maret 1998
Facebook: Isma Alifah
Twitter: @Ismaalf









6. Kiki Sarah May Renza Suhartono Putri, 13 Mei 1998
Facebook: Kiki Sarah Suhartono
Twitter: @kikisarahmay








7. Nurdifa Aliefia Khasanah, 14 Januari 1998
Facebook: Difa Aliefia
Twitter: @leedifa








8. Yulisia Puspa Anggraini, 04 Juli 1997 
Facebook: Yulisia Puspa Anggraini
Twitter: @yulyulpus






Senin, 06 Mei 2013

Karena waktu sekarang adalah keyataan.

Diposting oleh Neda di 09.48 0 komentar

"Seinget aku, dulu berbeda dengan sekarang..."

Selamat malam. Kenyataannya, angin malam kali ini berhasil memaksa aku untuk bercerita tentang seseorang yang muncul di masa lalu dan yang menghilang begitu saja tanpa perpisahan. Aku harap, kapanpun dia tidak akan pernah membaca postingan ini.
Tempat kursus itu secara tidak sengaja mempertemukan aku dengan dia. Dengan dia yang masih belum bisa aku lupakan sampai sekarang. Dia, ponakan pemilik tempat kursus itu ternyata sudah sejak lama 'melihat' aku. Sama sekali aku belum mengenalnya saat itu. Entah dia mendapat informasi tentang aku darimana dan dari siapa, yang pasti setelah beberapa minggu sejak hari itu, dia mulai menghubungi aku. Setelah beberapa hari dia aktif menghubungi aku, dia menghilang. Aku sempat merasa lucu akan semua ini, apa maksudnya datang dan pergi dengan tiba-tiba? Aku merasa ini semua tidak penting, sandiwara yang dia mainkan sama sekali tidak membuat aku penasaran untuk mengetahui siapa dia lebih dalam lagi. Aku tidak peduli akan semua ini. Mungkin ke-tidak-peduli-an-ku ini membuat dia semacam 'tertarik' lagi kepadaku. Entah benar atau tidak dia tertarik lagi padaku, yang pasti, waktu itu dia kembali. Dia kembali menghubungiku, bertanya kabar dan sebagainya. Aku tidak tahu apa maksud semua ini, aku tidak tahu apa yang di rencanakan oleh pria itu, namun aku mencoba mengikuti arus.

Satu bulan semua berjalan, dan aku mulai menikmati hubungan tanpa status ini. Iya, walaupun sudah satu bulan berjalan, tetap sama sekali aku belum mengerti ada apa dengan ini, seorang pria yang tiba-tiba datang, tanpa aku tahu siapa dan darimana dia sebenarnya, dan dengan waktu yang singkat dia sudah sangat berhasil membuat aku merasa nyaman olehnya. Aku tidak tahu kecuali rasa nyaman yang sudah tertanam disini, di hati. Aku merasa, kali ini sepertinya dia tidak ber-sandiwara lagi. Terlalu dewasa bila aku menyebut dia serius kepadaku.
Semakin hari, hubungan kami semakin dekat. Layaknya sudah kenal selama bertahun-tahun yang sama sekali berbeda dengan kenyataan. Kata pria itu, dia menganggapku sebagai adik. Katanya, aku terlalu muda untuk dijadikan sebagai selain adik. Entah itu benar atau tidak dia menganggapku hanya sebagai adik perempuan, namun aku merasakan sesuatu yang lebih pada perhatian dan semua yang dilakukannya untuk aku. Dan aku berkata hal yang sama kepadanya, aku menganggap dia sebagai kakak. Memang dia lebih dewasa 2 tahun dari aku, lebih tepatnya lagi, aku sangat ingin mempunyai kakak laki-laki. Pria itu dapat melindungi aku, dari apapun yang membuat aku tidak nyaman. Pria itu memberi wadah untuk aku bercerita, mengeluh, bersandar, seakan dia memberi bahu ternyaman miliknya kepadaku. Aku sangat bahagia dengan semua ini. Dengan hubungan tak bernama ini. Dan tanpa aku sadari, rasa nyaman dan bahagia setiap bersama dia tumbuh menjadi rasa.. Cinta.

"Ga usah terjerat status, kalau kita nyaman menjalani hubungan ini, kita hanya perlu mengikuti arus dan menikmatinya."
"Kalau aja kamu setahun atau dua tahun lebih tua dari sekarang, pasti kamu ga cuma jadi adik aku."
"Aku bete sama temen kelas aku, katanya dia suka sama aku, dia berlebihan banget dan aku ga suka. Kamu mau ga jadi pacar boongan aku?"
"Kalau temen-temen kamu nanya, bilang mereka suruh tanya langsung ke aku, aku akan jelasin semua ke mereka. Kamu ga usah khawatir."
"Jangan sama dia, dia belum cukup baik untuk kamu."
"Kamu lagi di kursusan dipo ya? Kirain di lagi di kursusan sini, yaudah aku kesana ya. Ga ada yang bisa diliatin disini. Tunggu ya."
"Kamu ga ikut karwis ya? Yah aku juga ga ikut aja deh. Ga seru, percuma."
"Iya, aku udah upload foto kamu yang waktu itu aku ambil. Aku ambilnya diem-diem, aku ga mau ganggu tujuan awal kamu buat kursus disini, maaf ya."

Setidaknya aku masih ingat beberapa kalimat yang pernah dia ucapkan kepadaku. Aku dan pria itu tidak mempunyai hubungan apapun saat dia mengatakan kalimat-kalimat itu.
Dan.. Inilah kenyataan. Inilah yang sebenarnya harus aku jalani. Bila dulu dia datang dengan tiba-tiba dan tanpa tujuan jelas, kini dia pergi juga dengan tiba-tiba, tanpa perpisahan dan tanpa alasan yang jelas.
Saat aku mulai menanam benih di taman milikku, dia menebar hama disitu. Saat aku mulai tumbuh rasa cinta untuk pria itu, dia meninggalkan aku. Aku tidak tahu apa salahku hingga dia tiba-tiba tidak memberi kabar kepadaku lagi. Harapan yang dia berikan kepadaku, seakan dia tarik ulur kembali.
Dari kabar yang aku dengar, kini dia sudah mempunyai seorang lain. Aku tidak mau memikirkan itu. Aku lelah akan pikirku sendiri. Selamat untuk kamu. Doaku yang terbaik untuk kamu dan siapapun yang menemani kamu. Doakan aku juga agar aku bisa melupakan kamu. Selamanya.

Rabu, 27 Maret 2013

Ternyata tidak semua rumah adalah surga..

Diposting oleh Neda di 05.51 0 komentar

Hai guys..
Gimana rasanya kita sebagai anak, kalo orang tua kita lagi berantem? Hm.. Sedih, takut, rasanya pengin keluar dari rumah gitu ya pasti.. Itu yang lagi dirasain sahabat terdekat gue. Kalo lo punya sahabat kaya gue, yang udah kaya sodara lo sendiri, lo pasti ngerasain apa yang dia rasain. Dia senang, tanpa disadari pasti ada senyum mengembang di bibir lo. Dan kalo dia lagi sedih atau kecewa, tanpa disadari juga, pasti lo ikutan sedih. Pasti lo ikutan bingung cari jalan keluar, dan bisa aja lo ikutan nangis. Disitu lah saat terpenting kita, disitu lah kehadiran kita jadi berarti, dan disitu lah kehadiran kita jadi sesuatu yang sangat berharga, yang sangat di nantikan. Ada saatnya kita membutuhkan bahu, tapi ada juga saatnya kita di jadikan bahu, ya salah satunya sama sahabat kita gini.
Dan sekarang, konflik yang ada disini adalah orang tua dari sahabat gue yang bisa kita panggil dengan sebutan Claw [samaran] ini lagi tengkar hebat di rumahnya. Mereka ga cuma bertengkar sekali-dua kali, tapi udah berkali-kali-kali-kali. Dan ironisnya, mereka ngelakuin ini di depan Claw langsung. Claw pernah cerita, kalo orang tuanya pernah tengkar sampe saling banting benda kaca. Bundanya Claw pernah sampe jarinya berdarah pas lagi berantem sama papanya. Sering juga, kalo abis berantem kaya gitu, papanya Claw langsung ambil kendaraan apa aja, dan pergi dari rumah. Karena emosi bunda Claw masih di titik maksimal, alhasil disitu malah Claw yang kena tumpahan emosi bundanya. Dari cerita Claw, waktu itu dia pernah, sekali, teriak kenceng banget di tengah-tengah orang tuanya lagi berantem. Sambil nangis, dia teriak kenceng banget disitu. Gue masih inget banget, di cerita Claw dia pernah sampe bilang gini ‘Bunda, papa! Udah! Berhentiiii! Kalian ga malu, ini aku lagi nonton pertunjukan hebat kalian! Bunda sama papa ga kasihan aku harus nonton pertunjukan berdarah ini? Ini yang namanya orang tua? Orang tua macem apa?’. Buat Claw, suara menggelegar yang membabi buta penuh amarah adalah hal yang sudah sangat biasa, layaknya kita makan nasi. Justru ketika Claw, orang tuanya, dan adenya keluar bareng untuk sekedar cari angin adalah hal yang jarang dan berarti banget buat Claw. Ada satu kalimat yang keluar dari mulut bundanya, yang sangat bikin Claw kecewa, kata bundanya ‘kalo bukan karena anak, bunda ga tau ini semua bakal berkahir kaya gimana’. Jelas Claw paham arti perkataan bundanya. Cerai. Claw ga mau sampe orang tua mereka cerai, Claw ga mau mereka pisah, Claw ga kebayang nanti kalo dia ngeliat bunda atau papanya sama anak mereka yang baru. Claw ga mau mereka pecah, Claw ga mau kaya temen-temennya yang orang tuanya udah pada cerai, dan hampir semua cerita dari mereka itu mengenaskan, Claw sama sekali ga mau kaya gitu. Katanya kalo sampe suatu saat keluarga mereka bener-bener udah di ujung tanduk, dan semua mimpi buruk itu terwujud, Claw  ga mau ikut salah satu dari mereka. Dia ga mau mihak bunda atau papanya karena emang dua-duanya salah. Katanya juga, mending dia ngekost dan jadi penyiar radio buat ngehidupin sekolahnya. Sengenes-ngenes hidupnya Claw, lebih ngenes lagi kalo dia harus hidup sama salah satu dari orang tuanya dan hidup bareng pasangan serta anak-anak mereka yang baru.
Kasihan. Udah, itu doang yang bisa gue sampein. Jujur, rasanya kaya di tampar dengerin cerita Claw tentang keluarganya. Gue adalah temen sekelas Claw. Gue udah kenal dia selama tiga tahun, semua sifat dia, dari yang ngeselin sampe yang ngangenin udah gue jelajahin. Claw anak yang manis, ramah dan baik, humoris pula. Claw anaknya periang banget, cerewet, suka mondar-mandir sana sini dan suka banget nge-usilin temen sekelas yang pada diem. Makanya, sekalinya dia ada masalah rumah pasti kebawa sampe sekolah, Claw jadi berubah 180o, dia jadi pendiem banget, dan anak kelas langsung nanyain ‘tumben diem’. Di kelas, dia selalu banyak ketawa dan buat orang lain ketawa. Dia pernah cerita, kalo salah satu cita-citanya adalah buat semua orang yang dia kenal, bisa ketawa karena dia. ‘biar aku bisa jadi kenang-kenangan buat mereka. Biar mereka tau kalo hidup aku itu cheerfull, dan aku bisa ngebuat hidup mereka seperti hidup aku dan jauh dari kesedihan. Dan biar kalo aku udah ga ada suatu saat nanti, mereka tetep inget sama aku, kalo aku pernah menjadi salah satu orang yang bisa bikin senyum simpul di bibir mereka.’ persis seperti itu katanya. Ohya, Claw juga banyak fans loh, dari 14 cowo di kelas aja, ada sekitar 6 anak yang pernah suka sama dia. Claw adalah cewe yang kuat banget dan ga gampang nangis. Dia ga pernah nangis soal cowo, itu sama sekali ga masuk agenda tangisan dia. Buat Claw, air mata itu penting dan berharga. Kita sebagai cewe, air mata adalah senjata terbesar kita, ada saatnya kita ngeluarin air mata dan itu hanya untuk hal-hal yang pantas untuk di tangisi, maksudnya bukan cowo.
Asli, baru kali ini nurani gue kesentuh banget. Deg! Ga kebayang kalo gue yang ada di posisi Claw. Gue kasihan sama dia. Di balik semua sifat dia di sekolah, ternyata dia simpen pecahan-pecahan beling yang nge-gores hatinya, dan mungkin sekarang hatinya udah titanus. Dia pinter banget akting, dia sukses tersenyum di balik tangisan.
Pas dia cerita soal masalah-masalah rumahnya ke gue, gue tau ada titik putus asa di sudut matanya. Ada kepasrahan terbesar disitu. Dia sebenernya sama sekali ga mau nyeritain aib keluarganya ke siapapun, tapi mungkin memori otak dia udah penuh dan akhirnya dia numpahin semua ke gue. Ya, cuma ke gue. Dan dia bilang untuk ga bocorin ini ke siapapun, dan gue sama sekali ga pengin buat Claw kecewa. Pembawaan Claw yang selalu cheerfull, langsung luluh pas dia nyeritain semua ke gue. Sesekali air matanya jatoh, dia langsung cepet-cepet ngusap pake tissue atau pake jari-jarinya. Dia ga pernah mau ada selain gue yang ngeliat dia nangis. Sering kalo dia lagi putus asa, dia bilang ‘temenin gue ke gunung yuk, pasti enak di tempat tinggi dan sepi gitu. Kata orang, kalo nangis itu biar puas harus pake teriak sekenceng-kencengnya. Dan sekarang gue pengin teriak’. Dia sering banget bahkan hampir tiap hari, kalo jam pulang sekolah dia pulang ke rumah gue dulu dengan alesan yang hampir selalu ga berubah, ‘gue lagi males nonton perang’. Kalo dia lagi bercandaan dan kotak tertawa Claw ngeluarin suara khas itu, gue sering ngamatin dia, dan akhirnya gue dapet kesimpulan kalo dia lebih sering cari kebahagiaan di luar rumah. ‘semua temen-temen gue adalah surga gue. Kebahagiaan gue ada di mereka’ ya.. seperti itu. Dia pengin ngebuat selayaknya ‘rumahku adalah surgaku’ tapi hampir setiap usaha dia gagal. Dari kehidupan dia yang kaya gini, cita-cita dia jadi psikolog muncul. ‘ya biar gue bisa bantu masalah-masalah anak yang lagi kaya gue. Biar ntar gue jelasin ke para orang tua apa yang dirasain anak-anak mereka. Gue pasti bakal jelasin dan nyadarin mereka. Gue bakal buat mereka juga ngerasain apa yang anak-anak mereka rasain akibat ulah mereka’  kata Claw penuh ambisi.
Dari cerita Claw gue banyak belajar buat kehidupan gue yang lebih baik. Disini yang namanya kerasnya hidup. Kalo gue sering ngeluh, yang selalu gue inget adalah pengalaman hidup dari Claw, ternyata kehidupan gue masih termasuk lunak di bandingin kerasnya hidup Claw. Doa gue ke Tuhan, tolong selalu jaga keluarga saya, jangan buat kita saling menjauh, jangan buat kita pecah, lindungi keluarga saya dari apapun yang bisa membuat kita pecah. Dan buat Claw, tetep tegar! Tetep kuat Claw! Lo bisa ngelewatin ini, lo bisa menjadi jauh lebih dewasa dari umur lo dalam hal ini. Selalu berdoa dan serahin semua ke Tuhan, Tuhan yang bakal ngelindungin lo, Tuhan bakal selalu peluk lo, Tuhan tau yang terbaik buat lo. Tetep jadi Claw yang kuat, tetep jadi Claw yang selama ini gue kenal, jangan pernah nyerah, Tuhan tau semua usaha lo, semua bakal indah pada waktunya, Claw

Thanks, readers.

Kalkulator KPR