Hello, readers!

Foto Saya
Neda
Fatna Hendry Ayuneida. Thanks for visit, guyz
Lihat profil lengkapku

Jumat, 05 Juli 2013

Dulu....sudah menjadi debu

Lagi, malam ini kembali membawa angin dari masa lalu. Masa yang sangat aku usahakan untuk dilupakan. Tapi, gagal. Ketika aku dan kamu pernah menjadi ki-ta. Ketika pernah ada rasa yang menggebu di antara ki-ta. Ketika waktu seakan milik ki-ta. Aku milikmu dan kamu milikku. Iya, dulu. Bahkan waktu sudah tidak lagi mencatatnya.

Entah kenapa, tiba-tiba dentang-an jam tepat pukul 11 malam ini mengarahkan aku tentang masa lalu ki-ta. Dulu, tepat pukul sekian adalah waktu yang paling aku tunggu pada hari itu. Entah itu hanya suatu kebetulan atau memang rencana Tuhan, dua kali aku merasakan itu. Untuk Aril dan Ray.......

Dear Aril.....
 Nyatanya aku tidak sehebat kamu yang dengan gampang menggabungkan kamu dengan orang lain menjadi ki-ta. Aku bodoh untuk terus mengingat kamu yang sudah bukan siapa-siapa-ku. Kamu kejam, Ril. Dunia ini luas, banyak wanita yang mengisi dunia ini. Tidak kurang kamu untuk mendapatkan satu dari semuanya. Tapi tolong jangan wanita itu. Wanita yang aku kenal. Teman. Sahabat. Dan...berhubungan darah. Iya, saudara. Aku lebih rela kamu dengan seribu wanita di hadapku daripada kamu dengan satu wanita tapi itu menusuk mataku.
Selama satu tahun aku tersiksa dengan ini, Ril. Karena aku selalu bisa menatapmu setiap waktu. Dan di waktu yang aku harap semua ini bisa berakhir, ternyata kamu menggagalkan ini semua. Kalau memang aku tidak bisa mempunyai 'rasa yang lebih' untuk kamu, kenapa Tuhan mempertemukan kita lagi? Bahkan kini setiap aku mau, aku bisa memuaskan mataku dengan memandangimu setiap saat. Tapi aku sungguh tidak mengharapkan itu, Ril. Doaku adalah agar aku berpisah dengan kamu, tapi Tuhan belum mengabulkan itu. Tidak cukup disitu, dan kini kenapa aku harus bersama wanita-mu juga? Kenapa harus saudara-ku? Banyak orang di dunia ini yang bisa menjadi teman se-angkatanku. Tapi kenapa harus dia? Seringkali aku harus tersiksa dengan pandangan pahit ini. Ketika kamu dan dia seperti aku dan kamu dulu. Sering, tanpa sadar aku selalu mengalihkan pandangan dan memegang dada. Seakan berusaha menutup lubang luka yang menganga disana. Memang, kadang aku merasa bodoh, sangat bodoh. Seharusnya aku bangga aku bisa bertemu saudara-ku dengan rentang waktu sering. Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan itu? Aku harap ini bukan yang dinamakan benci.

Dan dear Ray......
 Mungkin ini yang disebut kesempatan hanya datang sekali. Ketika ki-ta pernah menjajah waktu dengan cinta, tapi tanpa status yang jelas. Yang penting ki-ta tau ini cinta. Bagiku dulu, status tidak penting, dan aku yakin bagimu juga. Lebih baik ki-ta, 'ada cinta tanpa status' daripada mereka yang 'ber-status tapi tanpa cinta'. Tapi, perlahan waktu mulai menyadarkanmu. Dan perlahan, kegagalan itu kembali terulang. Kali ini aku tidak merasa bodoh, aku berusaha melakukan yang terbaik untuk 'dia yang sudah menemaniku selama 9 tahun'. Ketika waktu benar-benar mengikat aku dengan kamu, ketika kamu mulai memperdulikan status di antara ki-ta, kenapa justru sahabat-ku memutus ikatan itu? Dia datang, merusak semua yang sudah tercipta antara ki-ta. Sudah matang pikirku untuk benar-benar melepasmu untuk dia. Tanpa menghilangkan rasa-ku untuk kamu. Sedikitpun tidak. Aku tetap mencintaimu.
Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara kita, hanya aku, kamu dan Tuhan yang tau. Tapi entah apa yang memotivasi dia untuk melontarkan kata-kata menjijikkan itu kepadaku dengan di-tatap puluhan pasang mata. 9 tahun seakan hancur oleh hari itu. Aku benar-benar merasa hancur.
Dan kamu datang di waktu yang sangat tepat, Ray. Kamu berusaha mengumpulkan kepingan hati aku yang hancur oleh-nya. Kamu benar-benar memenangkan aku. Benar, rasa itu tidak semakin pudar, bahkan semakin tebal..........sampai sekarang. Sampai kamu meninggalkan kota ki-ta. Rasa ini tetap terjaga oleh waktu, untuk kamu, Ray. Aku akan selalu ingat jaket malam itu.

"Bagaimanapun, aku harus menyadari. Yang dulu, sudah menjadi debu...."

0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 05 Juli 2013

Dulu....sudah menjadi debu

Diposting oleh Neda di 11.11
Lagi, malam ini kembali membawa angin dari masa lalu. Masa yang sangat aku usahakan untuk dilupakan. Tapi, gagal. Ketika aku dan kamu pernah menjadi ki-ta. Ketika pernah ada rasa yang menggebu di antara ki-ta. Ketika waktu seakan milik ki-ta. Aku milikmu dan kamu milikku. Iya, dulu. Bahkan waktu sudah tidak lagi mencatatnya.

Entah kenapa, tiba-tiba dentang-an jam tepat pukul 11 malam ini mengarahkan aku tentang masa lalu ki-ta. Dulu, tepat pukul sekian adalah waktu yang paling aku tunggu pada hari itu. Entah itu hanya suatu kebetulan atau memang rencana Tuhan, dua kali aku merasakan itu. Untuk Aril dan Ray.......

Dear Aril.....
 Nyatanya aku tidak sehebat kamu yang dengan gampang menggabungkan kamu dengan orang lain menjadi ki-ta. Aku bodoh untuk terus mengingat kamu yang sudah bukan siapa-siapa-ku. Kamu kejam, Ril. Dunia ini luas, banyak wanita yang mengisi dunia ini. Tidak kurang kamu untuk mendapatkan satu dari semuanya. Tapi tolong jangan wanita itu. Wanita yang aku kenal. Teman. Sahabat. Dan...berhubungan darah. Iya, saudara. Aku lebih rela kamu dengan seribu wanita di hadapku daripada kamu dengan satu wanita tapi itu menusuk mataku.
Selama satu tahun aku tersiksa dengan ini, Ril. Karena aku selalu bisa menatapmu setiap waktu. Dan di waktu yang aku harap semua ini bisa berakhir, ternyata kamu menggagalkan ini semua. Kalau memang aku tidak bisa mempunyai 'rasa yang lebih' untuk kamu, kenapa Tuhan mempertemukan kita lagi? Bahkan kini setiap aku mau, aku bisa memuaskan mataku dengan memandangimu setiap saat. Tapi aku sungguh tidak mengharapkan itu, Ril. Doaku adalah agar aku berpisah dengan kamu, tapi Tuhan belum mengabulkan itu. Tidak cukup disitu, dan kini kenapa aku harus bersama wanita-mu juga? Kenapa harus saudara-ku? Banyak orang di dunia ini yang bisa menjadi teman se-angkatanku. Tapi kenapa harus dia? Seringkali aku harus tersiksa dengan pandangan pahit ini. Ketika kamu dan dia seperti aku dan kamu dulu. Sering, tanpa sadar aku selalu mengalihkan pandangan dan memegang dada. Seakan berusaha menutup lubang luka yang menganga disana. Memang, kadang aku merasa bodoh, sangat bodoh. Seharusnya aku bangga aku bisa bertemu saudara-ku dengan rentang waktu sering. Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan itu? Aku harap ini bukan yang dinamakan benci.

Dan dear Ray......
 Mungkin ini yang disebut kesempatan hanya datang sekali. Ketika ki-ta pernah menjajah waktu dengan cinta, tapi tanpa status yang jelas. Yang penting ki-ta tau ini cinta. Bagiku dulu, status tidak penting, dan aku yakin bagimu juga. Lebih baik ki-ta, 'ada cinta tanpa status' daripada mereka yang 'ber-status tapi tanpa cinta'. Tapi, perlahan waktu mulai menyadarkanmu. Dan perlahan, kegagalan itu kembali terulang. Kali ini aku tidak merasa bodoh, aku berusaha melakukan yang terbaik untuk 'dia yang sudah menemaniku selama 9 tahun'. Ketika waktu benar-benar mengikat aku dengan kamu, ketika kamu mulai memperdulikan status di antara ki-ta, kenapa justru sahabat-ku memutus ikatan itu? Dia datang, merusak semua yang sudah tercipta antara ki-ta. Sudah matang pikirku untuk benar-benar melepasmu untuk dia. Tanpa menghilangkan rasa-ku untuk kamu. Sedikitpun tidak. Aku tetap mencintaimu.
Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara kita, hanya aku, kamu dan Tuhan yang tau. Tapi entah apa yang memotivasi dia untuk melontarkan kata-kata menjijikkan itu kepadaku dengan di-tatap puluhan pasang mata. 9 tahun seakan hancur oleh hari itu. Aku benar-benar merasa hancur.
Dan kamu datang di waktu yang sangat tepat, Ray. Kamu berusaha mengumpulkan kepingan hati aku yang hancur oleh-nya. Kamu benar-benar memenangkan aku. Benar, rasa itu tidak semakin pudar, bahkan semakin tebal..........sampai sekarang. Sampai kamu meninggalkan kota ki-ta. Rasa ini tetap terjaga oleh waktu, untuk kamu, Ray. Aku akan selalu ingat jaket malam itu.

"Bagaimanapun, aku harus menyadari. Yang dulu, sudah menjadi debu...."

0 komentar on "Dulu....sudah menjadi debu"

Posting Komentar

Thanks, readers.

Kalkulator KPR