Hello, readers!

Foto Saya
Neda
Fatna Hendry Ayuneida. Thanks for visit, guyz
Lihat profil lengkapku

Rabu, 10 Juli 2013

Satu yang kamu lupakan, Niki.

0 komentar
Hai, Niki. Kalau ingatanmu masih sudi mengingat satu kenangan tentangku, pasti kamu masih ingat kalau aku dulu sangat menunggu waktu malam. Karena aku bisa melihat kemegahan bintang dan bulan penuh. Dengan bintang, aku bisa menggabungkannya menjadi wajah siapapun. Dan dengan bulan, aku bisa menghubungkan rasa rinduku dengan siapapun. Coba kalau siang, aku tau matahari dan bulan lebih hebat matahari, tapi apa kita bisa melihat seperti apa indahnya bentuk matahari? Nggak bisa. Yang kita tau matahari selalu terlihat lingkaran dengan cahaya yang sangat terang di sekitarnya, matahari nggak pernah jelas bentuknya. Dan apa kamu tau, di sisi lain aku kadang membenci waktu malam. Kenapa? Karena waktu malam selalu sepi. Di waktu malam, aku akan memikirkan semua hal yang sangat tidak ingin aku pikirkan. Terlebih saat menjelang tidur, semua hal buruk itu seperti berlomba memenuhi otakku. Termasuk... Semua hal tentang kamu.
Aku masih sangat ingat saat kamu ber-andai. 'Kalo aja kamu satu kelas lebih tinggi dari sekarang. Pasti kamu nggak sekedar jadi adik aku. Lebih, lebih dari itu.' Dan sekarang aku bisa mewujudkan itu, Niki. Sekarang aku naik tepat satu kelas lebih tinggi dari seharusnya. Tepat seperti apa yang kamu mau. Dan sekarang, apa kamu bisa menepati janji itu? Apa kamu bisa menjawab semua harapan yang terlanjur kamu beri? Bahkan mungkin kamu sudah lupa kalau kita pernah kenal. Lebih dari kenal. Dua tahun lalu, tepat pukul 10 malam. Aku sangat ingat itu, ucapanmu.

Sabtu, 06 Juli 2013

Doaku kepada Tuhan, untukmu.

0 komentar

“Lihat deh foto kamu yang ini, mulut kamu belepotan krim stroberi gitu, sampe ga keliatan mana mulutnya.” Dan kemudian kita tertawa bersama, terbahak-bahak. Sampai masing-masing dari kita saling memegang perut . Mungkin kotak tertawa kita hampir rusak karena ledak tawa itu.

Dulu masih seperti itu. Di kota ini, kota kelahiran kita. Kota tempat kita bertemu dan berkenalan. Kota tempat kita membangun kenangan. Dan kota dimana rasa antara kita muncul secara lembut.  Sampai kamu benar-benar meninggalkan aku bersama bayanganmu dan kenangan kita. Jauh di kota orang yang belum pernah kamu hidupi sebelumnya. Hanya kamu, seorang diri.
 Kamu bukan milik siapa-siapa, terlebih aku. Terlalu egois apabila aku menganggap kamu hanya milikku. Aku tau kamu milik Tuhan. Aku tau yang bisa melindungi dimanapun kamu hanya Tuhan. Ke-khawatiranku pada keadaanmu di kota-mu yang sekarang tidak akan berpengaruh sama sekali dengan takdir Tuhan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu. Untuk melindungi kamu, untuk menjauhkan kamu dari sesuatu yang bisa membuat aku kehilanganmu. Jarak antara kita terlalu jauh. Jarak yang membuat kedua tanganku terlalu pendek untuk bisa merengkuhmu dari bahaya manapun. Benar, aku tidak bisa berbuat apapun untukmu. Aku titipkan semua pada Tuhan. Rasaku, rinduku dan doaku. Semua tersebut di akhir ibadahku. Selalu ada namamu disitu, nama yang selalu menjadi inspirasiku. Tuhan sahabat baikku, Dia mau membantuku untuk menjagamu. Dia tidak pernah tidur, akan selalu menjagamu. Selalu, bila aku merindukanmu, aku selalu berbicara pada Tuhan, di dalam doaku. Agar Dia bisa menyampaikan rinduku kepadamu.
Doaku, agar Tuhan selalu berada di sampingmu, menghangatkanmu waktu dingin dan menopangmu saat kamu jatuh. Aku sudah menitipkan seribu pesan untuk kamu disana. Aku berpesan kepada Tuhan, agar Dia selalu menjagamu. Dimanapun kamu.

Jumat, 05 Juli 2013

Dulu....sudah menjadi debu

0 komentar
Lagi, malam ini kembali membawa angin dari masa lalu. Masa yang sangat aku usahakan untuk dilupakan. Tapi, gagal. Ketika aku dan kamu pernah menjadi ki-ta. Ketika pernah ada rasa yang menggebu di antara ki-ta. Ketika waktu seakan milik ki-ta. Aku milikmu dan kamu milikku. Iya, dulu. Bahkan waktu sudah tidak lagi mencatatnya.

Entah kenapa, tiba-tiba dentang-an jam tepat pukul 11 malam ini mengarahkan aku tentang masa lalu ki-ta. Dulu, tepat pukul sekian adalah waktu yang paling aku tunggu pada hari itu. Entah itu hanya suatu kebetulan atau memang rencana Tuhan, dua kali aku merasakan itu. Untuk Aril dan Ray.......

Dear Aril.....
 Nyatanya aku tidak sehebat kamu yang dengan gampang menggabungkan kamu dengan orang lain menjadi ki-ta. Aku bodoh untuk terus mengingat kamu yang sudah bukan siapa-siapa-ku. Kamu kejam, Ril. Dunia ini luas, banyak wanita yang mengisi dunia ini. Tidak kurang kamu untuk mendapatkan satu dari semuanya. Tapi tolong jangan wanita itu. Wanita yang aku kenal. Teman. Sahabat. Dan...berhubungan darah. Iya, saudara. Aku lebih rela kamu dengan seribu wanita di hadapku daripada kamu dengan satu wanita tapi itu menusuk mataku.
Selama satu tahun aku tersiksa dengan ini, Ril. Karena aku selalu bisa menatapmu setiap waktu. Dan di waktu yang aku harap semua ini bisa berakhir, ternyata kamu menggagalkan ini semua. Kalau memang aku tidak bisa mempunyai 'rasa yang lebih' untuk kamu, kenapa Tuhan mempertemukan kita lagi? Bahkan kini setiap aku mau, aku bisa memuaskan mataku dengan memandangimu setiap saat. Tapi aku sungguh tidak mengharapkan itu, Ril. Doaku adalah agar aku berpisah dengan kamu, tapi Tuhan belum mengabulkan itu. Tidak cukup disitu, dan kini kenapa aku harus bersama wanita-mu juga? Kenapa harus saudara-ku? Banyak orang di dunia ini yang bisa menjadi teman se-angkatanku. Tapi kenapa harus dia? Seringkali aku harus tersiksa dengan pandangan pahit ini. Ketika kamu dan dia seperti aku dan kamu dulu. Sering, tanpa sadar aku selalu mengalihkan pandangan dan memegang dada. Seakan berusaha menutup lubang luka yang menganga disana. Memang, kadang aku merasa bodoh, sangat bodoh. Seharusnya aku bangga aku bisa bertemu saudara-ku dengan rentang waktu sering. Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan itu? Aku harap ini bukan yang dinamakan benci.

Dan dear Ray......
 Mungkin ini yang disebut kesempatan hanya datang sekali. Ketika ki-ta pernah menjajah waktu dengan cinta, tapi tanpa status yang jelas. Yang penting ki-ta tau ini cinta. Bagiku dulu, status tidak penting, dan aku yakin bagimu juga. Lebih baik ki-ta, 'ada cinta tanpa status' daripada mereka yang 'ber-status tapi tanpa cinta'. Tapi, perlahan waktu mulai menyadarkanmu. Dan perlahan, kegagalan itu kembali terulang. Kali ini aku tidak merasa bodoh, aku berusaha melakukan yang terbaik untuk 'dia yang sudah menemaniku selama 9 tahun'. Ketika waktu benar-benar mengikat aku dengan kamu, ketika kamu mulai memperdulikan status di antara ki-ta, kenapa justru sahabat-ku memutus ikatan itu? Dia datang, merusak semua yang sudah tercipta antara ki-ta. Sudah matang pikirku untuk benar-benar melepasmu untuk dia. Tanpa menghilangkan rasa-ku untuk kamu. Sedikitpun tidak. Aku tetap mencintaimu.
Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara kita, hanya aku, kamu dan Tuhan yang tau. Tapi entah apa yang memotivasi dia untuk melontarkan kata-kata menjijikkan itu kepadaku dengan di-tatap puluhan pasang mata. 9 tahun seakan hancur oleh hari itu. Aku benar-benar merasa hancur.
Dan kamu datang di waktu yang sangat tepat, Ray. Kamu berusaha mengumpulkan kepingan hati aku yang hancur oleh-nya. Kamu benar-benar memenangkan aku. Benar, rasa itu tidak semakin pudar, bahkan semakin tebal..........sampai sekarang. Sampai kamu meninggalkan kota ki-ta. Rasa ini tetap terjaga oleh waktu, untuk kamu, Ray. Aku akan selalu ingat jaket malam itu.

"Bagaimanapun, aku harus menyadari. Yang dulu, sudah menjadi debu...."

Rabu, 10 Juli 2013

Satu yang kamu lupakan, Niki.

Diposting oleh Neda di 07.40 0 komentar
Hai, Niki. Kalau ingatanmu masih sudi mengingat satu kenangan tentangku, pasti kamu masih ingat kalau aku dulu sangat menunggu waktu malam. Karena aku bisa melihat kemegahan bintang dan bulan penuh. Dengan bintang, aku bisa menggabungkannya menjadi wajah siapapun. Dan dengan bulan, aku bisa menghubungkan rasa rinduku dengan siapapun. Coba kalau siang, aku tau matahari dan bulan lebih hebat matahari, tapi apa kita bisa melihat seperti apa indahnya bentuk matahari? Nggak bisa. Yang kita tau matahari selalu terlihat lingkaran dengan cahaya yang sangat terang di sekitarnya, matahari nggak pernah jelas bentuknya. Dan apa kamu tau, di sisi lain aku kadang membenci waktu malam. Kenapa? Karena waktu malam selalu sepi. Di waktu malam, aku akan memikirkan semua hal yang sangat tidak ingin aku pikirkan. Terlebih saat menjelang tidur, semua hal buruk itu seperti berlomba memenuhi otakku. Termasuk... Semua hal tentang kamu.
Aku masih sangat ingat saat kamu ber-andai. 'Kalo aja kamu satu kelas lebih tinggi dari sekarang. Pasti kamu nggak sekedar jadi adik aku. Lebih, lebih dari itu.' Dan sekarang aku bisa mewujudkan itu, Niki. Sekarang aku naik tepat satu kelas lebih tinggi dari seharusnya. Tepat seperti apa yang kamu mau. Dan sekarang, apa kamu bisa menepati janji itu? Apa kamu bisa menjawab semua harapan yang terlanjur kamu beri? Bahkan mungkin kamu sudah lupa kalau kita pernah kenal. Lebih dari kenal. Dua tahun lalu, tepat pukul 10 malam. Aku sangat ingat itu, ucapanmu.

Sabtu, 06 Juli 2013

Doaku kepada Tuhan, untukmu.

Diposting oleh Neda di 09.37 0 komentar

“Lihat deh foto kamu yang ini, mulut kamu belepotan krim stroberi gitu, sampe ga keliatan mana mulutnya.” Dan kemudian kita tertawa bersama, terbahak-bahak. Sampai masing-masing dari kita saling memegang perut . Mungkin kotak tertawa kita hampir rusak karena ledak tawa itu.

Dulu masih seperti itu. Di kota ini, kota kelahiran kita. Kota tempat kita bertemu dan berkenalan. Kota tempat kita membangun kenangan. Dan kota dimana rasa antara kita muncul secara lembut.  Sampai kamu benar-benar meninggalkan aku bersama bayanganmu dan kenangan kita. Jauh di kota orang yang belum pernah kamu hidupi sebelumnya. Hanya kamu, seorang diri.
 Kamu bukan milik siapa-siapa, terlebih aku. Terlalu egois apabila aku menganggap kamu hanya milikku. Aku tau kamu milik Tuhan. Aku tau yang bisa melindungi dimanapun kamu hanya Tuhan. Ke-khawatiranku pada keadaanmu di kota-mu yang sekarang tidak akan berpengaruh sama sekali dengan takdir Tuhan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu. Untuk melindungi kamu, untuk menjauhkan kamu dari sesuatu yang bisa membuat aku kehilanganmu. Jarak antara kita terlalu jauh. Jarak yang membuat kedua tanganku terlalu pendek untuk bisa merengkuhmu dari bahaya manapun. Benar, aku tidak bisa berbuat apapun untukmu. Aku titipkan semua pada Tuhan. Rasaku, rinduku dan doaku. Semua tersebut di akhir ibadahku. Selalu ada namamu disitu, nama yang selalu menjadi inspirasiku. Tuhan sahabat baikku, Dia mau membantuku untuk menjagamu. Dia tidak pernah tidur, akan selalu menjagamu. Selalu, bila aku merindukanmu, aku selalu berbicara pada Tuhan, di dalam doaku. Agar Dia bisa menyampaikan rinduku kepadamu.
Doaku, agar Tuhan selalu berada di sampingmu, menghangatkanmu waktu dingin dan menopangmu saat kamu jatuh. Aku sudah menitipkan seribu pesan untuk kamu disana. Aku berpesan kepada Tuhan, agar Dia selalu menjagamu. Dimanapun kamu.

Jumat, 05 Juli 2013

Dulu....sudah menjadi debu

Diposting oleh Neda di 11.11 0 komentar
Lagi, malam ini kembali membawa angin dari masa lalu. Masa yang sangat aku usahakan untuk dilupakan. Tapi, gagal. Ketika aku dan kamu pernah menjadi ki-ta. Ketika pernah ada rasa yang menggebu di antara ki-ta. Ketika waktu seakan milik ki-ta. Aku milikmu dan kamu milikku. Iya, dulu. Bahkan waktu sudah tidak lagi mencatatnya.

Entah kenapa, tiba-tiba dentang-an jam tepat pukul 11 malam ini mengarahkan aku tentang masa lalu ki-ta. Dulu, tepat pukul sekian adalah waktu yang paling aku tunggu pada hari itu. Entah itu hanya suatu kebetulan atau memang rencana Tuhan, dua kali aku merasakan itu. Untuk Aril dan Ray.......

Dear Aril.....
 Nyatanya aku tidak sehebat kamu yang dengan gampang menggabungkan kamu dengan orang lain menjadi ki-ta. Aku bodoh untuk terus mengingat kamu yang sudah bukan siapa-siapa-ku. Kamu kejam, Ril. Dunia ini luas, banyak wanita yang mengisi dunia ini. Tidak kurang kamu untuk mendapatkan satu dari semuanya. Tapi tolong jangan wanita itu. Wanita yang aku kenal. Teman. Sahabat. Dan...berhubungan darah. Iya, saudara. Aku lebih rela kamu dengan seribu wanita di hadapku daripada kamu dengan satu wanita tapi itu menusuk mataku.
Selama satu tahun aku tersiksa dengan ini, Ril. Karena aku selalu bisa menatapmu setiap waktu. Dan di waktu yang aku harap semua ini bisa berakhir, ternyata kamu menggagalkan ini semua. Kalau memang aku tidak bisa mempunyai 'rasa yang lebih' untuk kamu, kenapa Tuhan mempertemukan kita lagi? Bahkan kini setiap aku mau, aku bisa memuaskan mataku dengan memandangimu setiap saat. Tapi aku sungguh tidak mengharapkan itu, Ril. Doaku adalah agar aku berpisah dengan kamu, tapi Tuhan belum mengabulkan itu. Tidak cukup disitu, dan kini kenapa aku harus bersama wanita-mu juga? Kenapa harus saudara-ku? Banyak orang di dunia ini yang bisa menjadi teman se-angkatanku. Tapi kenapa harus dia? Seringkali aku harus tersiksa dengan pandangan pahit ini. Ketika kamu dan dia seperti aku dan kamu dulu. Sering, tanpa sadar aku selalu mengalihkan pandangan dan memegang dada. Seakan berusaha menutup lubang luka yang menganga disana. Memang, kadang aku merasa bodoh, sangat bodoh. Seharusnya aku bangga aku bisa bertemu saudara-ku dengan rentang waktu sering. Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan itu? Aku harap ini bukan yang dinamakan benci.

Dan dear Ray......
 Mungkin ini yang disebut kesempatan hanya datang sekali. Ketika ki-ta pernah menjajah waktu dengan cinta, tapi tanpa status yang jelas. Yang penting ki-ta tau ini cinta. Bagiku dulu, status tidak penting, dan aku yakin bagimu juga. Lebih baik ki-ta, 'ada cinta tanpa status' daripada mereka yang 'ber-status tapi tanpa cinta'. Tapi, perlahan waktu mulai menyadarkanmu. Dan perlahan, kegagalan itu kembali terulang. Kali ini aku tidak merasa bodoh, aku berusaha melakukan yang terbaik untuk 'dia yang sudah menemaniku selama 9 tahun'. Ketika waktu benar-benar mengikat aku dengan kamu, ketika kamu mulai memperdulikan status di antara ki-ta, kenapa justru sahabat-ku memutus ikatan itu? Dia datang, merusak semua yang sudah tercipta antara ki-ta. Sudah matang pikirku untuk benar-benar melepasmu untuk dia. Tanpa menghilangkan rasa-ku untuk kamu. Sedikitpun tidak. Aku tetap mencintaimu.
Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara kita, hanya aku, kamu dan Tuhan yang tau. Tapi entah apa yang memotivasi dia untuk melontarkan kata-kata menjijikkan itu kepadaku dengan di-tatap puluhan pasang mata. 9 tahun seakan hancur oleh hari itu. Aku benar-benar merasa hancur.
Dan kamu datang di waktu yang sangat tepat, Ray. Kamu berusaha mengumpulkan kepingan hati aku yang hancur oleh-nya. Kamu benar-benar memenangkan aku. Benar, rasa itu tidak semakin pudar, bahkan semakin tebal..........sampai sekarang. Sampai kamu meninggalkan kota ki-ta. Rasa ini tetap terjaga oleh waktu, untuk kamu, Ray. Aku akan selalu ingat jaket malam itu.

"Bagaimanapun, aku harus menyadari. Yang dulu, sudah menjadi debu...."

Thanks, readers.

Kalkulator KPR