Hello, readers!

Foto Saya
Neda
Fatna Hendry Ayuneida. Thanks for visit, guyz
Lihat profil lengkapku

Jumat, 10 Mei 2013

Terimakasih, kalian. Baby, laff's❤

0 komentar
Sahabat itu.. Ga bisa diungkapin dengan kata-kata sih. Mereka bukan cuma temen, jauh di atas temen. Sodara.. Ya, bisa bisa.. Bisa juga sih dianggep sodara, biasanya rasa persodaraan itu muncul ketika persahabatan yang 'aku dan kamu' jalani sudah sangat lama dan sudah sangat akrab. Ya tapi harus inget juga sih, kalo sahabat itu tetep orang lain. Mereka tetep bukan dari anggota keluarga kita yang sebenernya.
Selama 14 tahun ini, aku punya banyak banget temen, dan beberapa diantaranya bisa disebut sahabat.

Mereka more more deh, pilihan banget, iyasih kadang nyebelin, eh tapi banyak baiknya kok hehehe.
Mereka mau dengerin cerita-cerita aku, mereka selalu ngebantu masalah-masalah aku, ya kalo mereka juga ga tau apa jalan keluar dari masalah aku, mereka pasti bantuin aku mikir apa yang terbaik. Kita saling share, dalam kondisi apapun. Banyak surprise yang kita buat satu sama lain. Dalam persahabatan kita, kita juga pernah tengkar. Malah, aku pernah bikin salah satu sahabat aku nangis. Layaknya sayur, sayur juga perlu bumbu-bumbu kaya gula dan garam. Gula itu kenangan manis yang banyak kita jalanin, dan garam ya seperti tangis itu tadi. Beneran aku bahagia sama-sama kaliaaaan, aku bangga punya kalian, aku harap kita tetep sama-sama kaya gini sampe kapanpun dan kalo kita udah punya kehidupan masing-masing besok, kita akan tetep sahabat. Ngga akan terpisahkan walopun dengan jarak atau jabatan pekerjaan. Oke, au sayang kalian dan akan selalu sayang kalian

Ini mereka, sahabat-sahabat aku yang aku temukan selama 14 tahun, kalian bisa follow dan add di:

1. Faria Qoriatul Mutmainah, 09 September 1997.
Facebook: Faria Qoriatul M.
Twitter: @fariaqm






2. Meisy Diah Fitriani, 27 Mei 1997
Facebook: Meisya Fitriani
Twitter: @Meisydf13





3. Annisa Salsabiila, 03 Agustus 1998
Facebook: Annisa Salsabiila
Twitter: @annisalsabiila







4. Dian Novitasari, 14 November 1997
Facebook: Diieant D'gaellz
Twitter: -








5. Isma Alifah, 26 Maret 1998
Facebook: Isma Alifah
Twitter: @Ismaalf









6. Kiki Sarah May Renza Suhartono Putri, 13 Mei 1998
Facebook: Kiki Sarah Suhartono
Twitter: @kikisarahmay








7. Nurdifa Aliefia Khasanah, 14 Januari 1998
Facebook: Difa Aliefia
Twitter: @leedifa








8. Yulisia Puspa Anggraini, 04 Juli 1997 
Facebook: Yulisia Puspa Anggraini
Twitter: @yulyulpus






Senin, 06 Mei 2013

Karena waktu sekarang adalah keyataan.

0 komentar

"Seinget aku, dulu berbeda dengan sekarang..."

Selamat malam. Kenyataannya, angin malam kali ini berhasil memaksa aku untuk bercerita tentang seseorang yang muncul di masa lalu dan yang menghilang begitu saja tanpa perpisahan. Aku harap, kapanpun dia tidak akan pernah membaca postingan ini.
Tempat kursus itu secara tidak sengaja mempertemukan aku dengan dia. Dengan dia yang masih belum bisa aku lupakan sampai sekarang. Dia, ponakan pemilik tempat kursus itu ternyata sudah sejak lama 'melihat' aku. Sama sekali aku belum mengenalnya saat itu. Entah dia mendapat informasi tentang aku darimana dan dari siapa, yang pasti setelah beberapa minggu sejak hari itu, dia mulai menghubungi aku. Setelah beberapa hari dia aktif menghubungi aku, dia menghilang. Aku sempat merasa lucu akan semua ini, apa maksudnya datang dan pergi dengan tiba-tiba? Aku merasa ini semua tidak penting, sandiwara yang dia mainkan sama sekali tidak membuat aku penasaran untuk mengetahui siapa dia lebih dalam lagi. Aku tidak peduli akan semua ini. Mungkin ke-tidak-peduli-an-ku ini membuat dia semacam 'tertarik' lagi kepadaku. Entah benar atau tidak dia tertarik lagi padaku, yang pasti, waktu itu dia kembali. Dia kembali menghubungiku, bertanya kabar dan sebagainya. Aku tidak tahu apa maksud semua ini, aku tidak tahu apa yang di rencanakan oleh pria itu, namun aku mencoba mengikuti arus.

Satu bulan semua berjalan, dan aku mulai menikmati hubungan tanpa status ini. Iya, walaupun sudah satu bulan berjalan, tetap sama sekali aku belum mengerti ada apa dengan ini, seorang pria yang tiba-tiba datang, tanpa aku tahu siapa dan darimana dia sebenarnya, dan dengan waktu yang singkat dia sudah sangat berhasil membuat aku merasa nyaman olehnya. Aku tidak tahu kecuali rasa nyaman yang sudah tertanam disini, di hati. Aku merasa, kali ini sepertinya dia tidak ber-sandiwara lagi. Terlalu dewasa bila aku menyebut dia serius kepadaku.
Semakin hari, hubungan kami semakin dekat. Layaknya sudah kenal selama bertahun-tahun yang sama sekali berbeda dengan kenyataan. Kata pria itu, dia menganggapku sebagai adik. Katanya, aku terlalu muda untuk dijadikan sebagai selain adik. Entah itu benar atau tidak dia menganggapku hanya sebagai adik perempuan, namun aku merasakan sesuatu yang lebih pada perhatian dan semua yang dilakukannya untuk aku. Dan aku berkata hal yang sama kepadanya, aku menganggap dia sebagai kakak. Memang dia lebih dewasa 2 tahun dari aku, lebih tepatnya lagi, aku sangat ingin mempunyai kakak laki-laki. Pria itu dapat melindungi aku, dari apapun yang membuat aku tidak nyaman. Pria itu memberi wadah untuk aku bercerita, mengeluh, bersandar, seakan dia memberi bahu ternyaman miliknya kepadaku. Aku sangat bahagia dengan semua ini. Dengan hubungan tak bernama ini. Dan tanpa aku sadari, rasa nyaman dan bahagia setiap bersama dia tumbuh menjadi rasa.. Cinta.

"Ga usah terjerat status, kalau kita nyaman menjalani hubungan ini, kita hanya perlu mengikuti arus dan menikmatinya."
"Kalau aja kamu setahun atau dua tahun lebih tua dari sekarang, pasti kamu ga cuma jadi adik aku."
"Aku bete sama temen kelas aku, katanya dia suka sama aku, dia berlebihan banget dan aku ga suka. Kamu mau ga jadi pacar boongan aku?"
"Kalau temen-temen kamu nanya, bilang mereka suruh tanya langsung ke aku, aku akan jelasin semua ke mereka. Kamu ga usah khawatir."
"Jangan sama dia, dia belum cukup baik untuk kamu."
"Kamu lagi di kursusan dipo ya? Kirain di lagi di kursusan sini, yaudah aku kesana ya. Ga ada yang bisa diliatin disini. Tunggu ya."
"Kamu ga ikut karwis ya? Yah aku juga ga ikut aja deh. Ga seru, percuma."
"Iya, aku udah upload foto kamu yang waktu itu aku ambil. Aku ambilnya diem-diem, aku ga mau ganggu tujuan awal kamu buat kursus disini, maaf ya."

Setidaknya aku masih ingat beberapa kalimat yang pernah dia ucapkan kepadaku. Aku dan pria itu tidak mempunyai hubungan apapun saat dia mengatakan kalimat-kalimat itu.
Dan.. Inilah kenyataan. Inilah yang sebenarnya harus aku jalani. Bila dulu dia datang dengan tiba-tiba dan tanpa tujuan jelas, kini dia pergi juga dengan tiba-tiba, tanpa perpisahan dan tanpa alasan yang jelas.
Saat aku mulai menanam benih di taman milikku, dia menebar hama disitu. Saat aku mulai tumbuh rasa cinta untuk pria itu, dia meninggalkan aku. Aku tidak tahu apa salahku hingga dia tiba-tiba tidak memberi kabar kepadaku lagi. Harapan yang dia berikan kepadaku, seakan dia tarik ulur kembali.
Dari kabar yang aku dengar, kini dia sudah mempunyai seorang lain. Aku tidak mau memikirkan itu. Aku lelah akan pikirku sendiri. Selamat untuk kamu. Doaku yang terbaik untuk kamu dan siapapun yang menemani kamu. Doakan aku juga agar aku bisa melupakan kamu. Selamanya.

Jumat, 10 Mei 2013

Terimakasih, kalian. Baby, laff's❤

Diposting oleh Neda di 18.46 0 komentar
Sahabat itu.. Ga bisa diungkapin dengan kata-kata sih. Mereka bukan cuma temen, jauh di atas temen. Sodara.. Ya, bisa bisa.. Bisa juga sih dianggep sodara, biasanya rasa persodaraan itu muncul ketika persahabatan yang 'aku dan kamu' jalani sudah sangat lama dan sudah sangat akrab. Ya tapi harus inget juga sih, kalo sahabat itu tetep orang lain. Mereka tetep bukan dari anggota keluarga kita yang sebenernya.
Selama 14 tahun ini, aku punya banyak banget temen, dan beberapa diantaranya bisa disebut sahabat.

Mereka more more deh, pilihan banget, iyasih kadang nyebelin, eh tapi banyak baiknya kok hehehe.
Mereka mau dengerin cerita-cerita aku, mereka selalu ngebantu masalah-masalah aku, ya kalo mereka juga ga tau apa jalan keluar dari masalah aku, mereka pasti bantuin aku mikir apa yang terbaik. Kita saling share, dalam kondisi apapun. Banyak surprise yang kita buat satu sama lain. Dalam persahabatan kita, kita juga pernah tengkar. Malah, aku pernah bikin salah satu sahabat aku nangis. Layaknya sayur, sayur juga perlu bumbu-bumbu kaya gula dan garam. Gula itu kenangan manis yang banyak kita jalanin, dan garam ya seperti tangis itu tadi. Beneran aku bahagia sama-sama kaliaaaan, aku bangga punya kalian, aku harap kita tetep sama-sama kaya gini sampe kapanpun dan kalo kita udah punya kehidupan masing-masing besok, kita akan tetep sahabat. Ngga akan terpisahkan walopun dengan jarak atau jabatan pekerjaan. Oke, au sayang kalian dan akan selalu sayang kalian

Ini mereka, sahabat-sahabat aku yang aku temukan selama 14 tahun, kalian bisa follow dan add di:

1. Faria Qoriatul Mutmainah, 09 September 1997.
Facebook: Faria Qoriatul M.
Twitter: @fariaqm






2. Meisy Diah Fitriani, 27 Mei 1997
Facebook: Meisya Fitriani
Twitter: @Meisydf13





3. Annisa Salsabiila, 03 Agustus 1998
Facebook: Annisa Salsabiila
Twitter: @annisalsabiila







4. Dian Novitasari, 14 November 1997
Facebook: Diieant D'gaellz
Twitter: -








5. Isma Alifah, 26 Maret 1998
Facebook: Isma Alifah
Twitter: @Ismaalf









6. Kiki Sarah May Renza Suhartono Putri, 13 Mei 1998
Facebook: Kiki Sarah Suhartono
Twitter: @kikisarahmay








7. Nurdifa Aliefia Khasanah, 14 Januari 1998
Facebook: Difa Aliefia
Twitter: @leedifa








8. Yulisia Puspa Anggraini, 04 Juli 1997 
Facebook: Yulisia Puspa Anggraini
Twitter: @yulyulpus






Senin, 06 Mei 2013

Karena waktu sekarang adalah keyataan.

Diposting oleh Neda di 09.48 0 komentar

"Seinget aku, dulu berbeda dengan sekarang..."

Selamat malam. Kenyataannya, angin malam kali ini berhasil memaksa aku untuk bercerita tentang seseorang yang muncul di masa lalu dan yang menghilang begitu saja tanpa perpisahan. Aku harap, kapanpun dia tidak akan pernah membaca postingan ini.
Tempat kursus itu secara tidak sengaja mempertemukan aku dengan dia. Dengan dia yang masih belum bisa aku lupakan sampai sekarang. Dia, ponakan pemilik tempat kursus itu ternyata sudah sejak lama 'melihat' aku. Sama sekali aku belum mengenalnya saat itu. Entah dia mendapat informasi tentang aku darimana dan dari siapa, yang pasti setelah beberapa minggu sejak hari itu, dia mulai menghubungi aku. Setelah beberapa hari dia aktif menghubungi aku, dia menghilang. Aku sempat merasa lucu akan semua ini, apa maksudnya datang dan pergi dengan tiba-tiba? Aku merasa ini semua tidak penting, sandiwara yang dia mainkan sama sekali tidak membuat aku penasaran untuk mengetahui siapa dia lebih dalam lagi. Aku tidak peduli akan semua ini. Mungkin ke-tidak-peduli-an-ku ini membuat dia semacam 'tertarik' lagi kepadaku. Entah benar atau tidak dia tertarik lagi padaku, yang pasti, waktu itu dia kembali. Dia kembali menghubungiku, bertanya kabar dan sebagainya. Aku tidak tahu apa maksud semua ini, aku tidak tahu apa yang di rencanakan oleh pria itu, namun aku mencoba mengikuti arus.

Satu bulan semua berjalan, dan aku mulai menikmati hubungan tanpa status ini. Iya, walaupun sudah satu bulan berjalan, tetap sama sekali aku belum mengerti ada apa dengan ini, seorang pria yang tiba-tiba datang, tanpa aku tahu siapa dan darimana dia sebenarnya, dan dengan waktu yang singkat dia sudah sangat berhasil membuat aku merasa nyaman olehnya. Aku tidak tahu kecuali rasa nyaman yang sudah tertanam disini, di hati. Aku merasa, kali ini sepertinya dia tidak ber-sandiwara lagi. Terlalu dewasa bila aku menyebut dia serius kepadaku.
Semakin hari, hubungan kami semakin dekat. Layaknya sudah kenal selama bertahun-tahun yang sama sekali berbeda dengan kenyataan. Kata pria itu, dia menganggapku sebagai adik. Katanya, aku terlalu muda untuk dijadikan sebagai selain adik. Entah itu benar atau tidak dia menganggapku hanya sebagai adik perempuan, namun aku merasakan sesuatu yang lebih pada perhatian dan semua yang dilakukannya untuk aku. Dan aku berkata hal yang sama kepadanya, aku menganggap dia sebagai kakak. Memang dia lebih dewasa 2 tahun dari aku, lebih tepatnya lagi, aku sangat ingin mempunyai kakak laki-laki. Pria itu dapat melindungi aku, dari apapun yang membuat aku tidak nyaman. Pria itu memberi wadah untuk aku bercerita, mengeluh, bersandar, seakan dia memberi bahu ternyaman miliknya kepadaku. Aku sangat bahagia dengan semua ini. Dengan hubungan tak bernama ini. Dan tanpa aku sadari, rasa nyaman dan bahagia setiap bersama dia tumbuh menjadi rasa.. Cinta.

"Ga usah terjerat status, kalau kita nyaman menjalani hubungan ini, kita hanya perlu mengikuti arus dan menikmatinya."
"Kalau aja kamu setahun atau dua tahun lebih tua dari sekarang, pasti kamu ga cuma jadi adik aku."
"Aku bete sama temen kelas aku, katanya dia suka sama aku, dia berlebihan banget dan aku ga suka. Kamu mau ga jadi pacar boongan aku?"
"Kalau temen-temen kamu nanya, bilang mereka suruh tanya langsung ke aku, aku akan jelasin semua ke mereka. Kamu ga usah khawatir."
"Jangan sama dia, dia belum cukup baik untuk kamu."
"Kamu lagi di kursusan dipo ya? Kirain di lagi di kursusan sini, yaudah aku kesana ya. Ga ada yang bisa diliatin disini. Tunggu ya."
"Kamu ga ikut karwis ya? Yah aku juga ga ikut aja deh. Ga seru, percuma."
"Iya, aku udah upload foto kamu yang waktu itu aku ambil. Aku ambilnya diem-diem, aku ga mau ganggu tujuan awal kamu buat kursus disini, maaf ya."

Setidaknya aku masih ingat beberapa kalimat yang pernah dia ucapkan kepadaku. Aku dan pria itu tidak mempunyai hubungan apapun saat dia mengatakan kalimat-kalimat itu.
Dan.. Inilah kenyataan. Inilah yang sebenarnya harus aku jalani. Bila dulu dia datang dengan tiba-tiba dan tanpa tujuan jelas, kini dia pergi juga dengan tiba-tiba, tanpa perpisahan dan tanpa alasan yang jelas.
Saat aku mulai menanam benih di taman milikku, dia menebar hama disitu. Saat aku mulai tumbuh rasa cinta untuk pria itu, dia meninggalkan aku. Aku tidak tahu apa salahku hingga dia tiba-tiba tidak memberi kabar kepadaku lagi. Harapan yang dia berikan kepadaku, seakan dia tarik ulur kembali.
Dari kabar yang aku dengar, kini dia sudah mempunyai seorang lain. Aku tidak mau memikirkan itu. Aku lelah akan pikirku sendiri. Selamat untuk kamu. Doaku yang terbaik untuk kamu dan siapapun yang menemani kamu. Doakan aku juga agar aku bisa melupakan kamu. Selamanya.

Thanks, readers.

Kalkulator KPR