"Seinget aku, dulu berbeda dengan sekarang..."
Selamat malam. Kenyataannya, angin malam kali ini berhasil memaksa aku untuk bercerita tentang seseorang yang muncul di masa lalu dan yang menghilang begitu saja tanpa perpisahan. Aku harap, kapanpun dia tidak akan pernah membaca postingan ini.
Tempat kursus itu secara tidak sengaja mempertemukan aku dengan dia. Dengan dia yang masih belum bisa aku lupakan sampai sekarang. Dia, ponakan pemilik tempat kursus itu ternyata sudah sejak lama 'melihat' aku. Sama sekali aku belum mengenalnya saat itu. Entah dia mendapat informasi tentang aku darimana dan dari siapa, yang pasti setelah beberapa minggu sejak hari itu, dia mulai menghubungi aku. Setelah beberapa hari dia aktif menghubungi aku, dia menghilang. Aku sempat merasa lucu akan semua ini, apa maksudnya datang dan pergi dengan tiba-tiba? Aku merasa ini semua tidak penting, sandiwara yang dia mainkan sama sekali tidak membuat aku penasaran untuk mengetahui siapa dia lebih dalam lagi. Aku tidak peduli akan semua ini. Mungkin ke-tidak-peduli-an-ku ini membuat dia semacam 'tertarik' lagi kepadaku. Entah benar atau tidak dia tertarik lagi padaku, yang pasti, waktu itu dia kembali. Dia kembali menghubungiku, bertanya kabar dan sebagainya. Aku tidak tahu apa maksud semua ini, aku tidak tahu apa yang di rencanakan oleh pria itu, namun aku mencoba mengikuti arus.
Satu bulan semua berjalan, dan aku mulai menikmati hubungan tanpa status ini. Iya, walaupun sudah satu bulan berjalan, tetap sama sekali aku belum mengerti ada apa dengan ini, seorang pria yang tiba-tiba datang, tanpa aku tahu siapa dan darimana dia sebenarnya, dan dengan waktu yang singkat dia sudah sangat berhasil membuat aku merasa nyaman olehnya. Aku tidak tahu kecuali rasa nyaman yang sudah tertanam disini, di hati. Aku merasa, kali ini sepertinya dia tidak ber-sandiwara lagi. Terlalu dewasa bila aku menyebut dia serius kepadaku.
Semakin hari, hubungan kami semakin dekat. Layaknya sudah kenal selama bertahun-tahun yang sama sekali berbeda dengan kenyataan. Kata pria itu, dia menganggapku sebagai adik. Katanya, aku terlalu muda untuk dijadikan sebagai selain adik. Entah itu benar atau tidak dia menganggapku hanya sebagai adik perempuan, namun aku merasakan sesuatu yang lebih pada perhatian dan semua yang dilakukannya untuk aku. Dan aku berkata hal yang sama kepadanya, aku menganggap dia sebagai kakak. Memang dia lebih dewasa 2 tahun dari aku, lebih tepatnya lagi, aku sangat ingin mempunyai kakak laki-laki. Pria itu dapat melindungi aku, dari apapun yang membuat aku tidak nyaman. Pria itu memberi wadah untuk aku bercerita, mengeluh, bersandar, seakan dia memberi bahu ternyaman miliknya kepadaku. Aku sangat bahagia dengan semua ini. Dengan hubungan tak bernama ini. Dan tanpa aku sadari, rasa nyaman dan bahagia setiap bersama dia tumbuh menjadi rasa.. Cinta.
"Ga usah terjerat status, kalau kita nyaman menjalani hubungan ini, kita hanya perlu mengikuti arus dan menikmatinya."
"Kalau aja kamu setahun atau dua tahun lebih tua dari sekarang, pasti kamu ga cuma jadi adik aku."
"Aku bete sama temen kelas aku, katanya dia suka sama aku, dia berlebihan banget dan aku ga suka. Kamu mau ga jadi pacar boongan aku?"
"Kalau temen-temen kamu nanya, bilang mereka suruh tanya langsung ke aku, aku akan jelasin semua ke mereka. Kamu ga usah khawatir."
"Jangan sama dia, dia belum cukup baik untuk kamu."
"Kamu lagi di kursusan dipo ya? Kirain di lagi di kursusan sini, yaudah aku kesana ya. Ga ada yang bisa diliatin disini. Tunggu ya."
"Kamu ga ikut karwis ya? Yah aku juga ga ikut aja deh. Ga seru, percuma."
"Iya, aku udah upload foto kamu yang waktu itu aku ambil. Aku ambilnya diem-diem, aku ga mau ganggu tujuan awal kamu buat kursus disini, maaf ya."
Setidaknya aku masih ingat beberapa kalimat yang pernah dia ucapkan kepadaku. Aku dan pria itu tidak mempunyai hubungan apapun saat dia mengatakan kalimat-kalimat itu.
Dan.. Inilah kenyataan. Inilah yang sebenarnya harus aku jalani. Bila dulu dia datang dengan tiba-tiba dan tanpa tujuan jelas, kini dia pergi juga dengan tiba-tiba, tanpa perpisahan dan tanpa alasan yang jelas.
Saat aku mulai menanam benih di taman milikku, dia menebar hama disitu. Saat aku mulai tumbuh rasa cinta untuk pria itu, dia meninggalkan aku. Aku tidak tahu apa salahku hingga dia tiba-tiba tidak memberi kabar kepadaku lagi. Harapan yang dia berikan kepadaku, seakan dia tarik ulur kembali.
Dari kabar yang aku dengar, kini dia sudah mempunyai seorang lain. Aku tidak mau memikirkan itu. Aku lelah akan pikirku sendiri. Selamat untuk kamu. Doaku yang terbaik untuk kamu dan siapapun yang menemani kamu. Doakan aku juga agar aku bisa melupakan kamu. Selamanya.